Posts

Simbah Berpulang

Image
Simbah Hartosu berpulang kemarin siang. Umurnya mendekati 87 tahun. Kematiannya mendekati ke tempo sepuluh tahun setelah dia mundur dari kursi RI 1 tahun 1998 lalu. Pergilah dirimu ke Tuhanmu, Mbah. Jangan lupa bawa simpoa atawa kalkulator untuk menghitung-hitung amal dan dosamu yang telah kau cetak hampir 9 dasawarsa hidupmu. Okey, okey!

Ada yang Komplain...

Image
(Ini foto tentang karya keramik yang dikreasi oleh Jenny Lee. Karya ini merupakan salah satu karya dalam Biennale Jogja IX-2007/Neo-Nation dan berada venue Taman Budaya Yogyakarta) Ternyata, hari Minggu sore, 20 Januari 2008 kemarin ada yang nengok weblogku ini, dan komentar banyak. Tampaknya beliau, seorang bapak, kecewa dan kemudian komplain atas salah satu catatanku yang kutulis pada tanggal 7 Februari 2007 lalu (klik aja http://kuss-indarto.blogspot.com/2007_02_01_archive.html). Sang bapak ini berkomentar dari, mungkin, weblog anak atau keponakannya di http://stupidenough.blogspot.com/. Isi kekecewaan dan komplain yang diposting 5 tahap itu bunyinya adalah sebagai berikut: Setelah membaca artikel anda yang berjudul "kasihan lomba lukis anak" yang dipoting pada februari 2007, saya selaku subjek yang anda bicarakan karena waktu itu yang berdiskusi dengan anda adalah saya dan istri saya. apa yang anda tulis itu SAMA SEKALI TIDAK BENAR DAN MENYALAHKAN SAYA. apalagi anda...

Kekukuhan Kukuh

Image
( Potret van Gogh karya Kukuh Nuswantoro) (Wah, kalau ini ini fotonya gak nyambung. Ini saat ndisplai karya pameran Biennale Jogja IX. Ada Ivan Sagito dan Edi Prabandono) Oleh Kuss Indarto (Catatan ini telah dimuat dalam katalog pameran tunggal Kukuh Nuswantoro, bertajuk My Face Imaginary , yang berlangsung di Bentara Budaya Yogyakarta, 8-17 Januari 2008) Kukuh Nuswantoro muncul sebagai perupa dengan membopong beban sejarah. Ayahnya, O.H. Supono, adalah salah satu perupa penting pada jamannya. Dan asumsi sosial acap kali memberi semacam justifikasi yang klise terhadap relasi genetis ini: sang anak seolah “diharuskan” mendekati atau melebihi pencapaian sang orang tua. Anak pelukis ya “harusnya” juga jago melukis, begitu kira-kira asumsi yang sering berseliweran. Atau impresi “tak adil” ketika sang anak memiliki pencapaian yang sepadan dengan orang tuanya, “hanya” permaklumanlah yang menghampiri. “Maklum dong kalau karyanya yahud , lha bapaknya seniman besar!” Orang Jawa m...

Orasi Budaya Sultan Hamengkubuwono X

Image
(Foto2 di atas adalah suasana gedung Taman Budaya Yogyakarta saat Pembukaan Bienale Jogja IX 2007) Sebuah Percakapan pada Pembukaan Pameran Biennale Jogja IX 2007 (Orasi budaya ini disampaikan Sultan HB X pada malam pembukaan pameran seni rupa Biennale Jogja IX-2007/Neo-Nation, Jumat, 28 Desember 2007) Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin dan Seniman yang saya hormati, MUNGKIN ada Panitia yang serta-merta bertanya, meski cuma membatin: "Lho kok judulnya Sebuah Percakapan?" Kan yang diminta Panitia adalah Orasi Budaya! Benar memang! Sebelumnya Kepala Taman Budaya Yogyakarta, Dyan Anggraini, melalui suratnya meminta saya untuk membuka secara resmi Biennale Jogya Ke-9 Tahun 2007. Tetapi tiba-tiba siang ini, yang sudah diterakan dalam run-down acara pembukaan –layaknya sebuah rezim yang harus dipatuhi -- saya diminta untuk memberikan Orasi Budaya. Apa boleh buat, setelah membaca sekilas Pengantar yang disampaikan oleh Garin dan Heru (silakan ...

Collectivity of the ‘80

Image
(Eddie hara (one of the Legend of ASRI) and his fan in Nadi Gallery, December 2007) by Kuss Indarto When these “kids” from Class of ’80 first attended college at Sekolah Tinggi Seni Rupa (STSRI) “ASRI” Yogyakarta (from year 1984 changed its name to Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta), ambushes of external situation encompassed them at the moment. First , the strong controlling system of the state was on every aspect of education in Indonesia. It was indicated by the implied NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Campus Life Normalization) which was legalized in 1979 by the Minister of Education and Culture, Dr. Daoed Joesoef, who occupied that position from 1978-1983. The fact illustrates the important part when ‘New Order’ state centralism got even thicker, especially after four years before that moment, Soeharto regime was being hit by the incident of Malari (Malapetaka 15 Januari 1974/Januari 15th, 1974 Disaster) and it provided immense impact on the state’s political ...

Identitas Biennale Jogja 2007

Image
Oleh Kuss Indarto (Tulisan ini telah dimuat di harian Suara Merdeka , Semarang, Minggu, 30 Desember 2007) Biennale Jogja datang lagi! Ya, perhelatan ini, tak pelak, masih saja dianggap sebagai forum penting dalam peta seni visual di Indonesia. Karena asumsi penuh antusiasme dan ekspektasi tersebut, maka sekurang-kurangnya 3 perhelatan Biennale Jogja sebelum ini pun mencuatkan respons dan resepsi yang begitu kuat menyedot perhatian dalam medan wacana seni visual, setidaknya di Yogyakarta hingga radius tertentu di sekitarnya. Kita dapat mengilas balik sejenak. Perhelatan Biennale Jogja VI/1999 yang diampu oleh kurator Asmudjo Jono Irianto menghadirkan 33 nama perupa, berlangsung di Purna Budaya. Kala itu, sempat meruncing tudingan dari publik seni Yogya bahwa Asmudjo, antara lain, dianggap sebagai “kepanjangan tangan (galeri) Cemeti” karena spirit kontemporerisme atas karya dan pilihan seniman yang dieksposisikan segaris dengan kecenderungan karya yang dipioniri oleh (sekarang) Cemeti Ar...

Ikut Pameran Karikatur

Image
Aku tak tahu secara langsung kalau ternyata jadi salah satu peserta pameran karikatur di gedung Komnas HAM, Jl. Latuharhari 4B Menteng Jakarta Pusat, antara Selasa-Jumat, 4-7 Desember 2007 yang lalu. Event itu adalah bagian dari acara peringatan HAri HAM, 10 Desember. Temanya kurang lebih tentang "Stop, Kekerasan terhadap Anak-anak". Karyaku ada di antara 60 karya yang dianggap terbaik dalam Lomba Karikatur HAM yang diadakan beberapa waktu sebelumnya. Ya, sayang gak juara atau masuk 5 Besar, tapi cuma bisa masuk 60 Besar, hehehe! Lumayanlah, setidaknya bisa ikut dilihat oleh publik. Apalagi aku juga sudah lama tak menggambar. Karya itu, yang terpampang di atas, kubuat di sela-sela kesibukanku urus ini-itu akhir2 ini. Selesai dalam dua hari, tentu disambi macam-macam, dan kukirimkan sehari sebelum batas akhir pengiriman. Biasa, penyakit lama, kalau belum deadline ya belum dikerjain! Kukira hasilnya lumayan. Ini kalau alat ukurnya dari penilaian dewan juri yang antara lain k...

Meraba Alur, Menilik Struktur

Image
(Tulisan ini, Meraba Alur, Menilik Struktur: Sebuah Praduga Awal atas Seni Rupa di Jawa Timur, telah dimuat dalam kataloh pameran Biennale Seni Rupa Jawa Timur II yang dibuka 11 Desember lalu. Ini tulisan yang aku rasa masih bertele-tele dan terburu-buru. Yah, biasa, banyak yang sedang kupikirkan. Jadi ya cukup ruwet hasilnya hehehe... Sementar foto kujepret kira2 dua tahun lalu saat listrik mati, dan sendiri!) Oleh Kuss Indarto O vos doctores, qui grandia nomina fertis, Respicite antiquos patris, jurisque peritos. Non in candidulis pensebant dogmata libris, Arte ses ingenua sitibundum pectus alebant. (Wahai kalian orang-orang terpelajar yang menyandang nama-nama besar, Lihatlah kembali kepada bapa-bapa pendahulu yang belajar dalam hukum. Mereka tidak menimbang-nimbang dogma dalam cahaya buku-buku putih, Namun memuaskan kehausan hati mereka dengan kemampuan alamiahnya). Sebastian Brant, Stultifera navis , 1497 /1/ TERUS TERANG, saya cukup gamang terhadap tawaran untuk...

Blangkon Gaul di Biennale Jogja 2007

Image
Penutup kepala tradisional khas Jawa, blangkon, bagi perupa muda Evi Sulistyowati, bukanlah sebentuk benda yang sangat ketat sakralitasnya. Justru karena selama ini dianggap sangat sakral, maka lambat-laun menemukan “kuburannya” dan “dijauhi” oleh masyarakatnya. Karya Evi kali ini, dalam gradasi pemahaman tertentu, berupaya untuk melakukan desakralisasi atas blangkon khas Jawa gaya Ngayogyakarta Hadiningrat. Mondhol yang membulat di bagian belakang tetap ada, lipit dan draperi masih konsisten ada di dalamnya, namun motif kain yang dipakai sama sekali mengalami pembaruan. Yah, Neo-Blangkon , atau Post-Blangkon, barangkali! Bagi Evi, kerja kreatifnya ini menjadi sebentuk cara ungkapnya untuk menyikapi bangsa ini yang tengah mengalami krisis identitas dan krisis kebudayaan. Dia mengangap bahwa: “Kini tengah terjadi pergeseran apresiasi kebudayaan lokal ke budaya asing untuk mengejar pengakuan diri sebagai bagian dari masyarakat modern. Kita melupakan akar budaya sendiri. Kita dijauhkan, s...

Pertautan Psikologis Sebuah Angkatan

Image
(Aku lagi makan gudheg di depan mas Heri Dono di lantai 3 gedung Seni Murni) Jumat malem kemarin, 14 Desember, aku lihat pembukaan pameran di eks kampusku di kampung Gampingan, Wirobrajan. Sayang agak telat, jadi aku cukup kehilangan kelebat atmosfir waktu ’80-an yang tentu dibawa oleh para seniman yang tengah berpameran. Yah, mereka adalah para alumni Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI “Asri”) Angkatan ’80. Aku sendiri adik kelas jauh mereka, yang baru kuliah 9 tahun kemudian setelah mereka masuk pertama kali. Dan ketika aku masuk, kampus telah berubah nama, Fakultas Seni Rupa dan Disain ISI Yogyakarta. Malam itu, banyak tetamu yang riuh menyambangi pameran di gedung Seni Murni lantai 2. Mungkin ada sekitar 20-an alumni Angkatan ’80 pada datang. Aku kenal beberapa, seperti Eddie Hara yang masih suka melucu dengan plesetan ala Jogja, Heri Dono yang ramah dan tetap doyan tertawa, Arwin Darmawan yang masih kental logat Batak-nya, Totok Ireng alias Basuki Sumartono yang frien...