Posts

Showing posts from September, 2020

Pulanglah Bersama Kebaikanmu, Edo!

Image
Foto: Ibunda dan istri (kiri) dan putri tunggal Edo (bertopi) di depan pusara. Pada sepotong senja, mungkin tahun 2002 lalu, saya membonceng Edo sembari membawa lukisan seorang teman. Lukisan yang cukup besar itu rencananya akan dipamerkan di ruang seni yang kami bangun dan kelola, JFAC (Jogja Fine Art Community) namanya. Begitu kendaraan sampai di depan pintu gerbang halaman JFAC yang sedikit terbuka, saya langsung melompat dari sepeda motor, dan tergopoh-gopoh membawa lukisan ke dalam ruangan. Lampu saya nyalakan semua. Lukisan yang terkemas rapi kubuka pelan-pelan. Kemudian kusandarkan ke tembok. Ada persoalan yang harus kudiskusikan dengan Edo soal teknis pemajangannya. Tapi, lho, Edo kemana? Setelah berboncengan, kok dia tidak segera memasukkan sepeda motor ke halaman? Atau cari makanan? Kutunggu bermenit-menit, tapi belum muncul dia. Saya mandi dan mengerjakan yang lain sambil menggerutu sendirian karena ulah Edo yang tiba-tiba ngilang. Saya telpon tapi tidak diangkat. Setelah h

Selamat Jalan, Edo Pillu/Edo Riang...

Image
Selamat jalan, kawan Edward Piliang a.k.a. Edo Pillu a.k.a. Edo Riang (5 Juni 1969-21 Sept 2020, 51 tahun). Diabetes dan asma telah mengoyak-koyak tubuhmu. Edo masuk kuliah di Seni Patung, Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) ISI Yogyakarta tahun 1990 dan lulus tahun 1997. Edo, Rabu lalu, 16 Sept lalu aku mendengar berita dari teman kita, Zulkarnaen Damanik (Jul Batak), bahwa dirimu ada di RS Bethesda, Yogya, sejak hari Sabtu sebelumnya (12 Sept 2020). Kamis, 17 Sept, kukontak istri tercintamu, Tina, menanyakan kabar dan kondisimu. "Masih dalam perawatan intensif," kata Tina. Sayang situasi kurang mendukung untuk menjengukmu. Protokol kesehatan yang diberlakukan di rumah sakit, termasuk tempatmu opname, belum memungkinkan untuk tiap orang menjenguk pasien yang menginap. Senin malam, 21 Sept malam, kabar duka itu kudengar. Aku hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan kepergianmu ke keabadian di sana. Semoga Tuhan memuliakanmu di alam barumu. Perca-perca kenangan masih menempel dala

Kekuatan Disain

Image
Sudah berapa juta kali, atau bahkan mungkin berapa milyar kali kesalahpamahan dapat dijembatani dan diselamatkan oleh emoticon Smiley Face? Kita mungkin baru sadar bahwa akar dari proses penjembatanan dan penyelamatan itu, dulu, awalnya hanya seharga 45 dolar. Tahun 1963, perusahaan asuransi jiwa negara bagian Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat membeli sebuah perusahaan penjaminan bersama di Ohio (Guarantee Mutual Insurance Company of Ohio). Kedua perusahaan itu kemudian dimerger jadi satu. Penyatuan perusahaan tersebut tidak dengan serta-merta menyatukan emosi para karyawan (mantan) kedua perusahaan tersebut. Situasi internal serba sulit. Banyak karyawan belum “klik” satu sama lain. Melihat situasi yang berdampak pada kemungkinan rendahnya semangat dan produktivitas kerja para karyawan, maka Joy Young, Direktur Promosi dari perusahaan yang disatukan itu diberi tugas untuk membuat semacam “kampanye persahabatan” di internal perusahaan. Salah satu bentuk konkretnya adalah pembuat

Sawu

Image
Hari ini, Jumat, 14 Agustus 2020 di depan Sidang Tahunan MPR, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat suku atau pulau Sawu. Saya baru tahu pakaian dan aksesorisnya seperti itu. Ternyata indah dan keren. Lalu, dimana dan bagaimanakah Sawu? Bila kita terbang dari Denpasar atau Surabaya menuju Kupang, pesawat terbang akan melintas di atas laut Sawu, atau sisi utara pulau Sawu. Persisnya di titik koordinat 10°39'0""LS (Lintang Selatan) dan 121°53′0″BT (Bujur Timur). Pulau ini tak terlalu besar. Menyebut pulau Sawu sebetulnya menyebut "paket" sebuah kepulauan yang terdiri dari pulau Sawu, Raijua, dan pulau Dana. Yang disebut terakhir itu berada paling barat dan tidak berpenghuni. Sawu kira-kira seluas 540 km², sedang Raijua hanya sepersepuluhnya, yakni 54,9 km², sementara Dana lebih kecil lagi. Sebelah utara dan barat Sawu dikelilingi Laut Sawu, dan selatan serta timur dikepung Samudera Hindia. Jumlah penduduk Sawu kini diperkirakan sekitar 92.000 orang. Pulau Sawu t

Memanah

Image
Dalam seminggu terakhir telah beredar secara berantai--dan viral--sebuah video bersejarah yang bertajuk "Kabinet Pertama RI (Republik Indonesia) Terbentuk". Video berdurasi 3:33 menit ini diiringi lagu Indonesia Raya 3 stanza. Lengkap, seperti yang diciptakan dulu oleh violis kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, Wage Rudolf Soepratman. Hal yang menarik bagi saya adalah terpampangnya sebuah lukisan berukuran 153 x 153 cm pada bagian dinding paling strategis dalam ruangan bersejarah pada rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomer 56, Jakarta itu. Di halaman rumah itulah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan. Coba simak video tersebut (saya sertakan dalam status ini) pada menit 1:16 hingga 1:45, lalu bersambung pada menit 2:00 hingga 2:05, dan 2:25 menuju 2:28. Belum saya ketahui secara persis, Sukarno dan para anggota kabinet pertama RI tersebut duduk-duduk saat menjelang acara pelantikan atau sesudahnya, menjelang konferensi pers, atau momen apa. Belum ada keterangan. Meski m

Liang Lahat Kolonialisme

Image
Perupa asal suku Tlingit-Unangax, Alaska, Amerika Serikat, Yeil Ya-Tseen Nicholas Galanin membuat karya menarik di 22nd Sydney Biennale 2020. Karyanya kurang lebih mempertanyakan ulang keberadaan kolonialisme masa lalu yang masih diawetkan simbolisasinya hingga kini. Sebagai seniman yang juga native atau penduduk asli benua Amerika, Galanin memposisikan setara keberadaan dirinya atau sukunya di Amerika Serikat, dengan penduduk Aborigin di Australia. Atau orang-orang Maori di Selandia Baru. Sama, mereka dikolonialisasi (hingga kini, meski dengan gradasi persoalan yang bergeser). Galanin mengeksekusi ide karyanya dengan membuat semacam lubang ekskavasi (atau penggalian artefak arkeologis) yang bentuknya sama persis dengan outline sosok patung James Cook. Karya Galanin itu ada di pulau Cockatoo, Sydney's Hyde Park. James Cook sendiri, kita tahu, adalah pria kelahiran Marton, Yorkshire, Inggris tahun 1728 yang memimpin penjelajahan laut dari Inggris dengan kapal Endeavour dan mendarat

Selamat Jalan, Pak Jakob Oetama...

Image
Orang besar itu, Jakob Oetama (JO), wafat siang hari ini, Rabu, 9 September 2020, di usianya yang ke-88 tahun. Ya, dia orang besar karena berani menempuh jalan penuh liku dengan mendirikan usaha media mulai dari nol hingga tumbuh menjadi salah satu perusahan media terbesar dan berpengaruh di negeri ini. Jakob sadar bahwa masuk di lahan knowledge industry hingga sukses besar bukan perkara mudah. Idealisme tetap dimunculkan tapi tetap mengatur ritme untuk bisa survive di sisi ekonomi. Maka ketika sukses secara ekonomi, Jakob teringat kalimat pendiri raksasa industri Jepang, Panasonic, yakni Konouke Matsushita (1894-1989) yang membilang bahwa "laba bukanlah cermin kerakusan perusahaan. Laba tanda kepercayaan masyarakat. Laba tanda efisiensi." Begitulah. Kompas dan perusahaan media garapan JO dan Petrus Kanisius PK Ojong (1920-1980) beserta sekian banyak perintis dan penerus lain merunuti jalan kesuksesannya. Knowledge industry atau industri pengetahuan yang dikelola oleh JO lew

Edi Sunaryo: Merawat Ruang Idealisme

Image
//Imajinasi Jadi Seniman// Lelaki berkumis itu begitu ramah menyambut kami. Senyumnya merekah. Tegur sapanya hangat, semanak , dan membuat kami sebagai tamu jadi betah. Ya, lelaki itu bernama Edi Sunaryo. Dia terbilang sebagai seniman senior dan pensiunan dosen Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (FSR ISI Yogyakarta). Wajahnya masih segar sumringah meski usianya sudah hendak menjejak pada angka 69 di tahun ini (kelahiran 4 September 1961). Kami diterima di rumah kedua Edi Sunaryo di kawasan perumahan Sidoarum, Sidoagung, Sleman, Yogyakarta. Jarak antara rumah pertama dan kedua hanya sekitar 25 meter. “Kita ngobrol di sini saja ya. Lebih bebas kalau kita mau teriak atau tertawa keras-keras,” tuturnya sembari mengulas senyum. Rumah utama itu berupa pendapa berdinding yang telah dimodifikasi di sana-sini. Banyak karya seni seperti lukisan, grafis, patung dan lainnya bertebar di seantero bangunan. Rumah utama dihubungkan dengan bangunan lain, dua lantai, di bagian belakang. Ada

SMKN 3 Kasihan, Bergeser Bersama Zaman

Image
Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN) 3 Kasihan, Bantul, Yogyakarta—tak pelak—adalah salah satu kawah candradimuka bagi banyak perupa atau seniman seni rupa Indonesia. Sejak lama sekolah ini telah menelurkan bibit-bibit perupa atau seniman level nasional bahkan dunia. Para alumninya antara lain Butet Kartaredjasa, Nasirun, Dadang Christanto, Jumaldi Alfi, Budi Ubrux, Ivan Sagita, Eko Nugroho, Lucia Hartini, Dede Eri Supria, Wedhar Riyadi, hingga kurator Suwarno Wisetrotomo, dan sekian banyak nama populer lain dalam pelataran seni rupa Indonesia. Sihono, Kepala SMKN 3 Kasihan kini—pada siang yang cukup terik itu—banyak berkisah tentang almamaternya yang legend pada Padma News . Dulu, SMKN 3 Kasihan bernama SSRI atau Sekolah Seni Rupa Indonesia. Tempatnya berada di kampung Gampingan, Wirobrajan, Yogyakarta, berbarengan dengan kampus ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia, sekarang menjadi Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta) . SSRI dibuka mulai tahun 1963. Para mahasiswa ASRI kuliah pagi hari, sed