Posts

Showing posts from October, 2018

Bookstore

Image
Galeri Nasional Slovakia, Bratislava   /late post/ Di bookstore yang menjadi bagian dari Galeri Nasional Slovakia di kota Bratislava ini buku-buku seni rupa terpacak cukup padat. Ruangan itu tak terlalu besar sehingga buku-buku jadi tampak kekurangan tempat. Pemandangan ini saya duga bisa memberi secuil realitas bahwa perkembangan seni rupa juga diiringi oleh dunia penalaran. Tradisi membaca dan menulis turut mengiringi dengan baik pra ktik seni. Slovakia bisa terbilang negeri yang cukup "miskin" bila dibandingkan dengan tetangganya: Ceko (di utara), Polandia (timur), Hungaria (selatan), dan terlebih bila disetarakan dengan Austria (di sebelah barat) yang sangat maju. Stasiun kereta api Bratislava (ibukota Slovakia) pun tampak begitu sederhana ketimbang stasiun Tugu, Yogyakarta atau stasiun Gubeng Surabaya. Apalagi bila disejajarkan dengan stasiun Wina, Austria yang sangat megah dan modern. Tapi melihat bookstore ini saya menduga ada tradisi penalara

Lafal

Image
Diduga sudah sekitar 5 abad lidah orang Jawa yang beragama Islam melafalkan kata "sekaten" yang "semestinya" adalah "syahadatain". Syahadatain adalah persaksian untuk mengucapkan dua kalimat syahadat bagi seseorang yang hendak memeluk agama Islam. Momen syiar agama itu, dulu, tidak sekadar jadi peristiwa keagamaan tapi oleh para penyebar Islam di tanah Jawa menjadi peristiwa kebudayaan. Ini sebuah kreativitas ala Jawa atau Nusantara yang belum tentu atau berbeda bentuknya dengan yang terjadi di belahan dunia yang lain. Sekaten adalah adaptasi lidah orang Jawa dari istilah Arab, syahadatain. Pada perkembangannya, dari pelbagai referensi kita bisa mendapati fakta bahwa perluasan makna dari sekaten dapat dikaitkan dengan istilah "sahutain" (menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat lacur dan menyeleweng), "sakhatain" (menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat setan), "sakhotain" (me

Sandi(wara)

Image
Sebagai sebuah tawaran isu, omongan Sandiaga Uno bahwa "harga makanan di Singapura lebih murah daripada di Jakarta" sebenarnya berpotensi menarik untuk diikuti. Di belakang Sandi, saya menduga ada pasukan intelektual yang siap mengelaborasi dengan baik, argumentatif, padat data dan gigih mempertahankan tawaran isu tersebut. Salah satu yang mencoba mempertahankan isu itu adalah anggota DPR dari Gerindra, Rahayu Saraswati, yang tampil di acara talk show "Mata Najwa", Rabu, 10 Oktober 2018 malam. Dia sempat bilang bahwa lontaran isu Sandi itu didukung oleh data dari World Bank. Sayang sekali dia tidak mampu menjelaskan dengan jernih dan detail plus rentetan data faktual. Maka, ketika dia mampat kata-katanya karena tanpa bukti data dan fakta, lawannya--si mpok Irma dari kubu Jokowi yang juga anggota DPR RI dari Fraksi Demokrat--menghadangnya dengan data yang diperolehnya dari media barat, The Economist (lihat nukilannya di bagian bawah status ini).

BPJS yang Nunggak Itu...

Image
Beberapa detik setelah terjatuh dari sepeda motor, Minggu pagi, 9 September lalu, saya tercenung di pinggir jalan. Meski tulang bahu kiri (clavicula) patah, rasa syukur tetap harus kupanjatkan: saya tidak menabrak atau mencelakai orang lain, dan kepala tetap utuh meski sempat terbentur cukup keras ke aspal. Helm standar yang kupakai tidak terlepas dari kepala. Saya tercenung karena pasti banyak rencana yang telah kususun untuk beberapa waktu ke depan pasti buyar, batal, dan terbengkalai. Misalnya, sekitar 2 jam sebelum kecelakaan saya barusan booking tiket untuk pergi ke luar kota hari Senin esoknya. Belum lagi janjian dengan banyak orang, praktis tertunda karenanya. Ya sudah, tak apa. Gusti Allah pasti sudah mengatur banyak hal yang jauh lebih terencana, Maha Terencana, ketimbang rencanaku itu. Saya berhenti tercenung karena orang-orang dengan baik hati mengantarku ke rumah. Saya juga tak sanggup lagi mengendarai motor karena tangan kiri sulit digerakkan akibat tulang yang pa

Pulang

Image
Setelah opname selama 3 malam 4 hari, Rabu siang ini, sekitar pukul 12.30 wib saya diperbolehkan pulang oleh dokter. Hari Senin pagi tulang clavicula-ku di ujung atas bahu sudah disambung karena patah. Ada banyak pengalaman juga hikmah dari peristiwa ini. Tentang tensi darah yang naik hingga di angka 168 saat menjelang masuk ruang operasi, tentang sekelebat serupa suster noni-noni Belanda yang menyapaku di malam pertama, tentang dukungan keluarga juga teman-teman yang luar bi asa untukku. Pun dengan problem yang mesti kucermati lagi: tentang kedisiplinan, ketenangan, fokus pada satu soal, kemandirian, tak terlalu pamrih menanti kebaikan orang lain, dan sebagainya. Semua menguatkan dan mengayakan batin. Terima kasih untuk semua doa, pengharapan, dukungan dalam segala bentuk untuk kesembuhan dan kesehatan saya dari keluarga dan semua teman. Saya merasa semangat hidup terus dikuatkan karenanya. Tablet-tablet Ketorolac yang berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada

Jatuh

Image
Nyaris tiap dua hari sekali, pagi-pagi, saya membuang sampah di sebelah timur pasar Serangan, Wirobrajan, Yogyakarta. Di situ jadi tempat pengepulan (pool) sampah dengan truk pengangkut yang standby tiap hari. Selepas membuang sampah, saya sering atau nyaris selalu masuk ke pasar untuk berbelanja "sekunder". Istri sayalah yang berbelanja "primer" karena dialah yang paling tahu semua kebutuhan rumah tangga. Saya paling beli jajanan pasar, buah untuk jus, telur ayam kampung, ta pe, atau sayuran kesukaan saya: wortel, luncang, seledri, genjer, lembayung atau daun kelor bila ada. Aktivitas buang sampah lalu masuk pasar itu lama-lama seperti mekanis dan otomatis. Bila pagi naik motor ke arah pasar Serangan hampir pasti saya buang sampah lalu belanja. Hari Minggu kemarin saya tidak berniat membuang sampah. Tapi ada "bisikan" yang menggerakkan untuk beli sesuatu ke pasar. Maka naik sepeda motorlah saya ke sana. Sampai beberapa meter di depan pintu gerba

Kethak

Image
Orang Yogya dan sekitarnya menyebut penganan ini dengan: "kethak". Dengan pelafalan yang sedikit bergeser, orang Kebumen atau area karesidenan Banyumas menamainya "kêthêk". Di kawasan lain di Jawa Tengah dan Jawa Timur ada yang menyebutnya sebagai "blondho" Penganan atau kudapan tradisional ini merupakan ampas dari proses panjang pembuatan minyak kelapa. Pembuatan minyak kelapa sendiri memakan waktu hingga sekitar 7 jam. "Sisa" parutan kelapa yang bergumpal di bawah minyak te rsebutlah yang dinamakan kethak. Kethak yang baik harus dipisahkan dari unsur minyak sama sekali. Kalau langsung dimakan rasanya "sengar" meski gurih. Maka perlu dicampur gula, dihaluskan, lalu dibentuk sesuai keinginan. Misalnya seperti yang terlihat dalam gambar. Kethak yang berukuran 5 cm ini termasuk kethak basah yang dibungkus dengan daun pisang hijau/biasa. Ada pula kethak kering yang dibungkus dengan klaras atau daun pisang yang sudah kering. Ketha

Kostum Ma'ruf Amin

Image
Saya tak tahu, ini alay atau tidak. Saya hanya ingin mendahului dengan pertanyaan: apakah tampilan K.H. Ma'ruf Amin sudah tak bisa dieksplorasi lagi? Karena saat acara Kampanye Damai di hari Minggu, 23 September 2018 pun tampilannya masih terlalu bersahaja. Tim sukses sepertinya belum bergerak "mendadani" meski sekadarnya. Saya membayangkan citra tentang figur dengan nilai keulamaan dan keislaman yang menempel pada diri K.H. Ma'ruf Amin sebetulnya bisa dilengkapi dengan citra  kultural dan kenusantaraan secara bersamaan. Dan kostum bisa memuat dua "kutub" itu dalam satu ruang dan waktu. Coba saja mengandaikan sosok Pak Yai sepuh itu secara bervariasi memakai kain sarung berbahan kain ulos Samosir atau Batak pada umumnya. Di lain waktu mengenakan sarung dari kain songket Pande Sikek, Sumatera Barat, atau songket Palembang, songket Labuan Bajo, kemudian esoknya bersarung tenun ikat khas pulau Sawu atau Sumba atau Timor atau berbagai variasi dari NT