Posts

Showing posts from 2016

Tutup

Toko arloji di ujung jalan protokol kota ini tutup sejak awal bulan. Saya menemui kenyataan ini dua hari lalu saat melintas di jalan protokol itu. Kebetulan pula, siang kemarin saya bertemu dengan pemilik toko tersebut di sebuah kedai kopi.  "Kenapa, pak, toko arloji Anda tutup? Bukankah itu sangat menghidupi dan teramat bersejarah bagi keluarga Anda?" tanya saya penasaran. "Ya. Kami pun menutup toko itu dengan air mata". "Oh, saya turut berduka," kata saya sembari menunduk. "Dan Anda bersikeras untuk menutupnya?" "Bung, saya sudah kehilangan rasa percaya pada arloji, sang penunjuk waktu itu. Saya sering menatap waktu yang tertera pada arloji dan meyakini bahwa yang ditunjuknya adalah waktu yang sekarang. Waktu kini. Tapi itu sangat meragukan karena di sekitarnya banyak saya lihat orang yang masih menyimpan pikiran-pikiran 500 tahun lalu. Saya kira arloji menunjuk hari ini, tapi banyak tindakan yang dilakukan persis serup

Mobocracy

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) online sudah ada lema "mobokrasi" yang artinya "pemerintahan yang dipegang dan dipimpin oleh rakyat jelata yang tidak tahu seluk-beluk pemerintahan". Pengertian ini lebih sarkastik dibanding yang ada dalam situs asing, www.dictionary.com yang mengartikan mobocracy sebagai (1) political control by a mob, dan (2) the mob as a ruling class.   Berabad-abad lalu filsuf Aristoteles sudah menengarai gejala mobocracy sebagai sebuah keadaan ketika hukum ditentukan oleh kerumunan massa. Di situ, hukum mudah ditaklukan oleh tekanan massa, yang mendorong situasi buruk dan rentan anarkisme. Mobocracy atau mobokrasi itu kemudian dibenahi dengan tatanan dan sistem yang lebih baik bernama demokrasi. Bukan sebaliknya.

Rismanto (Semoga) Tak Berhenti Lama…

Image
"Perjalanan Malam" , 2015, 150 x 250 cm, cat minyak di atas kanvas, karya Rismanto. Oleh Kuss Indarto (Catatan ini dimuat dalam buku Pameran Tunggal Rismanto: "Awas Spoor", Taman Budaya Yogyakarta, 3-12 Desember 2016)   Naik kereta api tut... tut... tut... Siapa hendak turut? Ke Bandung, Surabaya… Bolehlah naik dengan percuma Ayo, kawanku lekas naik Kretaku tak berhenti lama Lagu anak-anak judul “Kereta Apiku” atau “Naik Kereta Api” diperkirakan pertama kali dipopulerkan oleh RRI (Radio Republik Indonesia) pada awal dasawarsa 1960-an. Kini, puluhan tahun kemudian, lagu ciptaan Saridjah Niung Bintang Soedibio atau yang lebih karib dipanggil sebagai ibu Soed tersebut telah menjadi salah satu lagu anak-anak yang legendaris di Indonesia. Ada nuansa kegembiraan dalam lagu tersebut. Dan kalau digali lebih jauh pada bait pertama lirik lagu ini mengisyaratkan sebuah ungkapan akan harapan dan cita-cita anak-anak Indonesia atas transporta

Apa Itu Maestro?

Apa itu "maestro"? Kata ini kemungkinan besar diserap dari bahasa Italia yang arti sederhananya adalah "guru". Dalam bahasa Inggris berarti "master". Saya kurang tahu persis sejak kapan persisnya kata/lema maestro ini diserap ke dalam bahasa Indonesia. Secara historis bangsa kita tidak banyak berhubungan erat dengan bangsa Italia yang memungkinkan pertukaran atau penyerapan bahasa itu terjadi, kecuali kisah besar tentang kedatangan pelaut Italia, Marco Polo tahun 1292 ke Perlak, Aceh. Beda dengan bangsa lain seperti Belanda, Portugis, Per ancis, India, Arab dan lainnya yang lebih lama bersentuhan sehingga berdampak pada masuknya bahasa bangsa tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Dugaan saya, kata maestro mulai diserap dan populer pada paruh kedua dasawarsa 1970-an. Momentum pemicunya adalah ketika seniman Indonesia, Affandi Koesoemah menerima dua penghargaan di Italia pada 19 Maret 1977. Ketika itu, dalam satu kesempatan upacara penuh hikmat di Cast

Keajaiban Subuh dari Syafi'i

Awal dasawarsa 2000-an, seorang sahabatku mengontrak rumah di kawasan perumahan Nogotirto, Sleman, Yogyakarta. Sebagai keluarga dengan satu anak belia, hidupnya relatif cukup berat. Apalagi dia masih merintis usaha yang tidak biasa dijalankan oleh banyak orang, lahan tersebut terasa berat untuk bisa mendapatkan reward ekonomis dengan cepat dan membanjir. Bank sudah disambanginya untuk menambal kebutuhan hidup dan usahanya. Teman-teman dekatnya pun beberapa sudah dimintai bantuan keuangan ketika dia menemui kesulitan. Ini memang gejala lumrah yang akan menimpa banyak orang. Suatu ketika dia betul-betul menemui ujian berat. Dia butuh uang cash Rp 15 juta untuk meneruskan usahanya yang belum berkembang itu, juga untuk menambal cicilan utang. Namun seperti ada tembok kokoh, besar dan kuat persis di hadapannya. Dia sulit menembus, menemukan solusi. Maka, jadwal rutinnya untuk sholat berjamaah di masjid di dekat rumah pun makin rajin dilakukannya. Ini antara tindakan ritual re

Brunei, Cuilan Eropa

Image
Bandara Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, 2015. Secuil Catatan Kuss Indarto   MENYUSURI kota Bandar Seri Begawan, Brunei, di Minggu pagi terasa terlalu lengang. Apalagi bagi aku yang datang dari negeri yang penuh dengan hiruk-pikuk manusia. Tak ada crowd jadi terasa tak begitu asyik. Mobil sesekali meluncur di jalur aspal hotmix yang mulus dan lapang. Mereka rata-rata melaju dengan kecepatan tinggi, sekitar 60 km/jam ke atas. Jalan kaki hingga satu jam-an dan menempuh jarak kira-kira 3 km dari hotel, aku hanya berpapasan dengan mobil, mobil dan mobil lagi. Hanya 2 sepeda motor kulihat melintas: satu dikendarai oleh petugas delivery makanan, dan lainnya anak muda yang tampaknya menjajal racing motor yang ber-cc tinggi. Hanya bertemu dengan 4 manusia di halte yang menanti bas awam (bus umum) yang durasi kedatangannya sangat jarang. Sementara pejalan kaki ya hanya aku. Makanya jejalanan di Bandar kurang nyaman bagi pejalan kaki karena tak banyak difasilitasi trotoa