Posts

Showing posts from 2020

Sumur

Image
Ketika memutuskan untuk segera membangun rumah, ayah memprioritaskan membuat sumur terlebih dahulu. Tukang yang akan membantu rumah kami diminta oleh ayah untuk membuat sumur yang airnya jernih, melimpah, dan kelak berada di dalam rumah. Saya masih duduk di kelas 4 SD waktu itu. Ayah segera memutuskan untuk pulang kampung di Banyumas segera setelah pensiun dari kedinasannya di kepolisian di Yogyakarta. Banyak perubahan drastis saya/kami alami, dari keseharian hidup di kota untuk kemudian tiba-tiba tinggal di desa yang sepi dan listrik sangat terbatas. Tapi saya mendapat banyak hal dan pelajaran yang tak tergantikan. Setelah mendengar permintaan ayah untuk membuat sumur, tukang-tukang yang bekerja untuk ayah saya itu minta waktu untuk memutuskan letak terbaik dari keberadaan sumur nantinya. Paling tidak 3 hari setelah hari ini, kira-kira begitu permintaannya. Kenapa lama? Bukankah tinggal menggali tanah 2-3 meter, di bagian manapun di tanah pekarangan kami yang dekat dengan persawahan s

Mengapa Fiksi Mengalahkan Kebenaran

Image
Oleh Yuval Noah Harari Banyak orang percaya bahwa kebenaran mengantarkan pada kekuasaan. Jika beberapa pemimpin, agama, atau ideologi salah menggambarkan realitas, mereka pada akhirnya akan kalah dari pesaing-pesaing yang lebih berpikiran jernih. Karenanya, berpegang teguh pada kebenaran adalah strategi terbaik untuk mendapat kekuasaan. Sayangnya, anggapan itu hanyalah mitos yang menghibur. Faktanya, kebenaran dan kekuasaan memiliki hubungan yang jauh lebih rumit, karena dalam kehidupan sosial umat manusia, kekuasaan memiliki dua makna yang bertolak belakang. Di satu sisi, kekuasaan berarti memiliki kemampuan untuk memanipulasi realitas objektif: berburu binatang, membangun jembatan, menyembuhkan penyakit, merancang bom atom. Kekuasaan semacam ini terkait erat dengan kebenaran. Jika Anda percaya sebuah teori fisika palsu, Anda tidak akan bisa membuat bom atom. Di sisi lain, kekuasaan juga berarti memiliki kemampuan untuk memanipulasi kepercayaan manusia, sehingga membuat banyak orang

Tes-Three-Mony

Image
Ya, Tes-Three-Mony. Ini sebuah plesetan. Ini sekadar permainan bahasa, mempertautkan dua kata menjadi satu: kata “three” yang ‘menyelinap’ dalam kata “testimony”. Maksudnya kurang lebih tiga kesaksian. Ya, di balik judul plesetan pada pameran ini, tiga seniman masing-masing menghadirkan kesaksian dalam karya-karyanya. Rangga Jalu Pamungkas, perupa asal Sragen Jawa Tengah dan baru lulus dari Fakultas Seni Rupa, ISI Yogyakarta tahun 2019 ini mengaku membincangkan soal hiperrealitas. Ada gagasan atas realitas lain yang melampaui dari realitas yang tergambarkan, atau yang senyatanya ada. Pada dasarnya Rangga memberangkatkan diri dari penggambaran atas lanskap yang biasa ditemuinya dalam keseharian, di lingkungan sekitarnya, dari masa kecilnya hingga dewasa seperti sekarang. Itu semua adalah fakta sosial yang telah diketahui. Dalam karya kreatifnya, realitas atau fakta tersebut kemudian dibumbuinya dengan pembayangan atau imajinasi yang mengerumuni benaknya. Ada imajinasi tentang realitas

Pulanglah Bersama Kebaikanmu, Edo!

Image
Foto: Ibunda dan istri (kiri) dan putri tunggal Edo (bertopi) di depan pusara. Pada sepotong senja, mungkin tahun 2002 lalu, saya membonceng Edo sembari membawa lukisan seorang teman. Lukisan yang cukup besar itu rencananya akan dipamerkan di ruang seni yang kami bangun dan kelola, JFAC (Jogja Fine Art Community) namanya. Begitu kendaraan sampai di depan pintu gerbang halaman JFAC yang sedikit terbuka, saya langsung melompat dari sepeda motor, dan tergopoh-gopoh membawa lukisan ke dalam ruangan. Lampu saya nyalakan semua. Lukisan yang terkemas rapi kubuka pelan-pelan. Kemudian kusandarkan ke tembok. Ada persoalan yang harus kudiskusikan dengan Edo soal teknis pemajangannya. Tapi, lho, Edo kemana? Setelah berboncengan, kok dia tidak segera memasukkan sepeda motor ke halaman? Atau cari makanan? Kutunggu bermenit-menit, tapi belum muncul dia. Saya mandi dan mengerjakan yang lain sambil menggerutu sendirian karena ulah Edo yang tiba-tiba ngilang. Saya telpon tapi tidak diangkat. Setelah h

Selamat Jalan, Edo Pillu/Edo Riang...

Image
Selamat jalan, kawan Edward Piliang a.k.a. Edo Pillu a.k.a. Edo Riang (5 Juni 1969-21 Sept 2020, 51 tahun). Diabetes dan asma telah mengoyak-koyak tubuhmu. Edo masuk kuliah di Seni Patung, Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) ISI Yogyakarta tahun 1990 dan lulus tahun 1997. Edo, Rabu lalu, 16 Sept lalu aku mendengar berita dari teman kita, Zulkarnaen Damanik (Jul Batak), bahwa dirimu ada di RS Bethesda, Yogya, sejak hari Sabtu sebelumnya (12 Sept 2020). Kamis, 17 Sept, kukontak istri tercintamu, Tina, menanyakan kabar dan kondisimu. "Masih dalam perawatan intensif," kata Tina. Sayang situasi kurang mendukung untuk menjengukmu. Protokol kesehatan yang diberlakukan di rumah sakit, termasuk tempatmu opname, belum memungkinkan untuk tiap orang menjenguk pasien yang menginap. Senin malam, 21 Sept malam, kabar duka itu kudengar. Aku hanya bisa pasrah dan mengikhlaskan kepergianmu ke keabadian di sana. Semoga Tuhan memuliakanmu di alam barumu. Perca-perca kenangan masih menempel dala

Kekuatan Disain

Image
Sudah berapa juta kali, atau bahkan mungkin berapa milyar kali kesalahpamahan dapat dijembatani dan diselamatkan oleh emoticon Smiley Face? Kita mungkin baru sadar bahwa akar dari proses penjembatanan dan penyelamatan itu, dulu, awalnya hanya seharga 45 dolar. Tahun 1963, perusahaan asuransi jiwa negara bagian Worcester, Massachusetts, Amerika Serikat membeli sebuah perusahaan penjaminan bersama di Ohio (Guarantee Mutual Insurance Company of Ohio). Kedua perusahaan itu kemudian dimerger jadi satu. Penyatuan perusahaan tersebut tidak dengan serta-merta menyatukan emosi para karyawan (mantan) kedua perusahaan tersebut. Situasi internal serba sulit. Banyak karyawan belum “klik” satu sama lain. Melihat situasi yang berdampak pada kemungkinan rendahnya semangat dan produktivitas kerja para karyawan, maka Joy Young, Direktur Promosi dari perusahaan yang disatukan itu diberi tugas untuk membuat semacam “kampanye persahabatan” di internal perusahaan. Salah satu bentuk konkretnya adalah pembuat

Sawu

Image
Hari ini, Jumat, 14 Agustus 2020 di depan Sidang Tahunan MPR, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat suku atau pulau Sawu. Saya baru tahu pakaian dan aksesorisnya seperti itu. Ternyata indah dan keren. Lalu, dimana dan bagaimanakah Sawu? Bila kita terbang dari Denpasar atau Surabaya menuju Kupang, pesawat terbang akan melintas di atas laut Sawu, atau sisi utara pulau Sawu. Persisnya di titik koordinat 10°39'0""LS (Lintang Selatan) dan 121°53′0″BT (Bujur Timur). Pulau ini tak terlalu besar. Menyebut pulau Sawu sebetulnya menyebut "paket" sebuah kepulauan yang terdiri dari pulau Sawu, Raijua, dan pulau Dana. Yang disebut terakhir itu berada paling barat dan tidak berpenghuni. Sawu kira-kira seluas 540 km², sedang Raijua hanya sepersepuluhnya, yakni 54,9 km², sementara Dana lebih kecil lagi. Sebelah utara dan barat Sawu dikelilingi Laut Sawu, dan selatan serta timur dikepung Samudera Hindia. Jumlah penduduk Sawu kini diperkirakan sekitar 92.000 orang. Pulau Sawu t

Memanah

Image
Dalam seminggu terakhir telah beredar secara berantai--dan viral--sebuah video bersejarah yang bertajuk "Kabinet Pertama RI (Republik Indonesia) Terbentuk". Video berdurasi 3:33 menit ini diiringi lagu Indonesia Raya 3 stanza. Lengkap, seperti yang diciptakan dulu oleh violis kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, Wage Rudolf Soepratman. Hal yang menarik bagi saya adalah terpampangnya sebuah lukisan berukuran 153 x 153 cm pada bagian dinding paling strategis dalam ruangan bersejarah pada rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomer 56, Jakarta itu. Di halaman rumah itulah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan. Coba simak video tersebut (saya sertakan dalam status ini) pada menit 1:16 hingga 1:45, lalu bersambung pada menit 2:00 hingga 2:05, dan 2:25 menuju 2:28. Belum saya ketahui secara persis, Sukarno dan para anggota kabinet pertama RI tersebut duduk-duduk saat menjelang acara pelantikan atau sesudahnya, menjelang konferensi pers, atau momen apa. Belum ada keterangan. Meski m

Liang Lahat Kolonialisme

Image
Perupa asal suku Tlingit-Unangax, Alaska, Amerika Serikat, Yeil Ya-Tseen Nicholas Galanin membuat karya menarik di 22nd Sydney Biennale 2020. Karyanya kurang lebih mempertanyakan ulang keberadaan kolonialisme masa lalu yang masih diawetkan simbolisasinya hingga kini. Sebagai seniman yang juga native atau penduduk asli benua Amerika, Galanin memposisikan setara keberadaan dirinya atau sukunya di Amerika Serikat, dengan penduduk Aborigin di Australia. Atau orang-orang Maori di Selandia Baru. Sama, mereka dikolonialisasi (hingga kini, meski dengan gradasi persoalan yang bergeser). Galanin mengeksekusi ide karyanya dengan membuat semacam lubang ekskavasi (atau penggalian artefak arkeologis) yang bentuknya sama persis dengan outline sosok patung James Cook. Karya Galanin itu ada di pulau Cockatoo, Sydney's Hyde Park. James Cook sendiri, kita tahu, adalah pria kelahiran Marton, Yorkshire, Inggris tahun 1728 yang memimpin penjelajahan laut dari Inggris dengan kapal Endeavour dan mendarat