Kerbau di Taman Ambarrukmo
Ada sekian banyak hotel bintang 5 di Yogyakarta kini. Salah satunya adalah hotel tertua warisan Orde Lama, yakni Royal Ambarrukmo yang dibangun di ujung akhir pemerintahan presiden Soekarno. Menariknya, selera seni Bung Karno juga disematkan pada hotel ini, antara lain berupa patung perunggu berjudul "Dua Gembala dan Kerbau" karya seniman Mon Mudjiman yang dibuat tahun 1964. Kalau benar catatan itu, berarti patung tersebut dibuat ketika Mon Mudjiman berusia 22 tahun, saat hampir menyelesaikan studi seni di kampus ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia), Yogyakarta. Atau mungkin sudah jadi dosen muda di almamaternya.
Dari judul yang menerakan kata "gembala" dan dibandingkan dengan tampilan yang ada kini, tampaknya ada yang berubah. Patung itu sepertinya sudah tidak sesempurna kondisi awal dulu, yakni hilangnya sosok anak gembala yang bertengger di atas kerbau. Memang ada sisa perunggu di atas punggung kerbau sebelah kiri yang sangat mungkin lepas/dilepas.
Patung karya Mon Mudjiman ini berada di taman yang cukup luas dan asri di utara kolam renang hotel. Di samping sosok kerbau itu, masih ada beberapa karya lain yang terserak di sana. Ada patung kreasi Edhie Soenarso, Soetopo, Sulistyo, Soehartono dan Mudjiman KS. Mereka dulu tergabung dalam komunitas pematung bernama Keluarga Artja pimpinan Edhie Soenarso.
Secuil fakta ini memberi gambaran cukup jernih pada kita (minimal saya), bahwa: (1) waktu itu negara punya tanggung jawab untuk menghidupkan gairah berkesenian para senimannya, antara lain mengorder karya patung--bahkan bermaterialkan perunggu; (2) hotel berkelas bintang 5 seperti dipersuasi untuk menunjukkan kebintangannya dengan menghadirkan karya seni yang relatif bermutu. Bukan berani bikin hotel di pusat kota, tak punya areal luas tapi justru merebut air tanah dari penduduk/kampung sekitar.