Pameran Koleksi Tanda Mata


Dua tahun terakhir, di Galeri Nasional Indonesia (GNI) Jakarta, digelar pameran karya seni koleksi Istana Kepresidenan. Itu menarik, dan perlu diteruskan.

 Tahun 2016 lalu, saya punya pengalaman menarik saat berkunjung ke Beijing, China. Di Museum Nasional China yang hanya sekitar 150 meter jaraknya dari lapangan Tiananmen, digelar pameran koleksi tanda mata (gift) dari para pemimpin dunia. Tajuk pameran itu, "The Friendly Exchanges Between The Witness of History". Isinya ratusan benda-benda bernilai seni budaya yang diberikan oleh para pemimpin dari berbagai negara di dunia yang pernah melakukan kunjungan kenegaraan ke China.

Dengan ruangan yang sangat luas, melebihi Gedung A GNI, pameran tanda mata tersebut menyita perhatian publik yang berkunjung ke museum. Meski pendisplaian karya-karya tersebut kurang menarik karena terlalu berhimpitan satu sama lain (mungkin karena saking banyaknya karya/benda yang ingin dipamerkan), namun menarik untuk disimak dengan berbagai kepentingan.

Ada keris pemberian Bung Karno saat bertemu Kamerad Liu Shaoqi pada April 1963. Ada tapestry indah karya Jean Picart le Doux yang dijadikan kenang-kenangan oleh presiden Georges Pompidou saat mengunjungi kamerad Mao Zedong September 1973. Pun ada kursi kayu dengan ukiran motif lokal, buah tangan presiden Togo, Afrika, Gnassingbe Eyadema saat menemui kamerad Mao Zedong, September 1974. Dan masih banyak lagi.

Tanda mata yang menjadi ikon dalam pameran ini, dan termasuk paling banyak mencuri perhatian adalah citra dua angsa putih yang terbuat dari porselain. Karya itu dikurung dalam sebuah kaca bening dan berada di tengah ruangan. Ini kenang-kenangan presiden Richard Nixon saat bersua dengan kamerad Mao Zedong, Februari 1972. Ya, sebelum dia jatuh karena kasus Watergate yang menghebohkan itu. Saya tak tahu persis, apa makna simbol angsa putih untuk konteks Barat/Amerika. Bagi yang tahu, kasih tahu saya ya! 😊

Pameran semacam ini kiranya bisa ditiru sisi positifnya oleh Indonesia. Tanda mata semacam itu pasti melimpah selama negeri ini menjalin hubungan diplomatik dengan ratusan negara di dunia, dan selama dipimpin oleh tujuh presiden. Publik akan tahu simbolisme apa yang diserahkan oleh para pemimpin dunia ketika mengunjungi Indonesia. Publik juga akan tahu, seberapa besar negara mampu merawat dan mengelola benda/karya pemberian pihak/negara lain. Bahasa Indonesia menerjemahkan kata "gift" sebagai "tanda mata" atau "kenang-kenangan", saya rasa, memiliki makna yang lebih dalam.

Ada baiknya kedalaman makna atas tanda mata dan kenang-kenangan itu juga dibagi untuk rakyatnya, rakyat Indonesia. Tentu dalam subuah pameran yang serius penanganannya, entah pameran temporer atau permanen. Monggo! ***

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?