Mengelola Ingatan

"The Lover II", lukisan Rene Magritte yang dibuat tahun 1928.

120 tahun lalu, tahun 1898, di kota kecil Lessines, Hainaut, Belgia, lahirlah sesosok bayi dari rahim perempuan bernama Regina Bertinchamps. (Persisnya sih lahir 21 November 1898). Suaminya seorang penjahit bernama Leopold Magritte. Bayi pertama dari pasangan ini diberi nama: Rene Francois Ghislan Magritte. Beberapa tahun kemudian mereka memiliki tiga anak yang diberi nama depan Raymond dan Paul.

Anak pertama Regina-Leopold, kelak menjadi salah satu seniman besar kebanggaan bangsa Belgia, yang populer dengan nama: Rene Magritte. Magritte dianggap sebagai salah satu penganut surealisme meski reputasinya kalah dibanding tokoh besar surealis dunia, Salvador Dali. Oleh sebagian pengamat Magritte justru dianggap sebagai “Godfather of Pop”, setidaknya itu respons yang menguat ketika dia berpameran tunggal di MOMA (Museum of Modern Art), New York tahun 1965. Jasper Johns, Roy Lichtenstein, Robert Rauschenberg, dan Andy Warhol sebagai tokoh pop-art di Amerika banyak berkarya dengan menjumput insiprasi dari Magritte.

Ada hal memilukan dalam potongan kehidupan Magritte. Masa kecilnya banyak berpindah-pindah rumah karena keterbatasan ekonomi orang tuanya. Mereka berpindah dari kota Lessines menuju Gilly, lalu ke Chatelet, lalu bergerak ke Charleroi, hingga ke Athenee—sebelum Magritte dewasa dan hidup mandiri di Brussel dan kemana-mana.

Saat tinggal di kota Chatelet, di suatu tengah malam pada 24 Februari 1912, ibunya bunuh diri dengan menceburkan diri di sungai Sambre. Sebelumnya, upaya bunuh diri beberapa kali dilakukan oleh Regina, sang ibu, karena mengidap neurasthenia—yakni gangguan emosional yang membuatnya mudah tersingung, lekas marah, disertai kondisi fisik yang menurun seperti sakit kepala dan kelelahan. Mayatnya diketemukan setengah bulan berikutnya, tanggal 12 Maret, sekitar 1 mil dari tempat kejadian awal. Magritte ikut melihat jasad ibundanya saat ditemukan. Baju tidur yang terakhir dipakainya telah lepas dari bagian badan (bawah), semuanya membebat dan menutup kepala almarhumah.

Ingatan tentang tragika keluarganya itu rupanya menusuk begitu dalam pada diri dan ingatan Magritte. Setidaknya, 16 tahun berikutnya, tahun 1928, anak kecil yang telah tumbuh dewasa dan menjadi seniman itu melukiskan kembali ingatan getirnya tentang sang ibu. Meski karya-karya tersebut membingkai tema yang telah meluas, namun visualisasinya muncul dari pengalaman batinnya di masa lalu yang terus berpendar setidaknya hingga ketika dia melukis. Ada karya berjudul “The Heart of the Matter” serta seri “The Lover” (In Les Amants) dan “The Lover II” yang semuanya dibuat tahun 1928. Karya-karya itu menggambarkan sosok-sosok manusia yang wajahnya tertutup rapat oleh bebatan kain putih—persis seperti keadaan ibunya saat ditemukan setelah menjemput ajal. Anda bisa lebih jauh menerka dan menganalisis karya tersebut.

Sebagian pengamat lain juga menduga bahwa karya Magritte yang lain, yang bertajuk “Les Eaux Profondes”, dibuat tahun 1941, menggambarkan representasi sosok ibunya. Karya itu melukiskan perempuan dengan wajah serupa pualam. Putih pucat pasi dan setengah memejamkan mata. Dia berdiri di samping seekor burung. Sementara di latar belakang ada bayangan air sungai dengan tembok tepian yang kokoh, serupa dengan gigir sungai Sambre yang mengingatkan tragedi saat Magritte berusia 14 tahun.

Pada titik ini saya dan kita bisa menduga bahwa lewat karya seni Magritte bisa mengingat sekaligus menjernihkan masa lalunya yang getir. Dia seperti ingin mengingat sosok ibundanya, sekaligus berhasrat melampaui masa-masa pahit itu dengan indah, tak terjerat oleh duka lara tanpa henti.

Pengalaman yang serupa dengan Magritte ini—meski tidak sama ekstremnya—mungkin juga terjadi pada banyak orang, termasuk seniman di Indonesia. Tak ada salahnya pengalaman sepahit itu bisa menginspirasi untuk melahirkan karya-karya bagus dan menarik yang menjadi bagian penting dari perjalanan kreatif seniman. Semua bagian dari kehidupan ini bisa dipandang (dan dibuat) dari perspektif artistik. Ya, kan? ***

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?