“David Hockney 25”

Penyelaras bahasa: Kuss Indarto

Perupa legendaris Inggris kelahiran 9 Juli 1937, David Hockney, saat ini tengah menghelat pameran tunggalnya yang spektakuler. Pameran berlangsung mulai 9 April hingga 31 Agustus 2025 di Louis Vuitton Foundation (LVF), 8 Av. du Mahatma Gandhi, 75116 Paris, Prancis. Dengan kurator Sir Norman Rosenthal, mantan kepala kurator di Royal Academy of Arts London, pameran ini mengetengahkan lebih dari 400 buah karya berbagai medium yang dikreasi antara tahun 1995 hingga 2025.

Pameran yang menempati 11 ruangan di gedung LVF yang diarsiteki oleh Frank Gehry ini menampilkan karya-karya koleksi dari berbagai lembaga seni internasional dan koleksi pribadi, di samping karya-karya dari studio Hockney serta koleksi LVF sendiri. Di dalamnya mencakup karya dengan beragam media yang pernah diujicobakan Hockney sepanjang hidupnya, termasuk tentu saja lukisan cat minyak, akrilik, tinta, gambar pensil dan arang, seni digital (karya di iPhone, iPad, gambar fotografi), video, dan instalasi video yang imersif.

“Ini pameran yang sangat bermakna karena ini menjadi pameran terbesar yang pernah saya helat,” kata Hockney yang kini berusia 87 tahun. Ratusan materi karya dalam perhelatan ini berfokus pada kurun waktu pembuatan 25 tahun terakhir, yang sebagian besar dikreasi Hockney di Normandia (Prancis), Yorkshire dan London (Inggris), yang dimulai dengan pilihan karya awal ikoniknya.

Dari sekian banyak karya yang dipamerkan tersebut, di antaranya ada karya bertajuk “Portrait of an Artist (Pool with Two Figure)” yang dikreasi pada tahun 1972. Lukisan ini menjadi karya termahal Hockney ketika terjual seharga 90,3 juta USD (Rp 1, 5 triliun) di balai lelang Christie's di New York tahun 2018. Ini menjadi karya nomor dua termahal di dunia (dari seniman yang masih hidup), setelah karya Jeff Koons bertajuk “Rabbit” (1986).

David Hockney terlibat secara pribadi dalam setiap aspek pameran, dalam perencanaan dan eksekusi, bersama dengan mitra dan manajer studionya Jean-Pierre GonçAlves de Lima. Mereka memilih fokus untuk secara khusus memilah karya yang terentang dalam kurun waktu 25 tahun terakhir dengan memasukkan karya-karya awal yang ikonik, menawarkan pengunjung pengalaman langka perihal wawasan tentang alam semesta kreatif David Hockney. Sang seniman ikut serta dalam mengomposisi hampir tiap urutan dan tata letak penataan ruang, dan berdialog dengan asistennya Jonathan Wilkinson untuk penataan karya tersebut.

Dalam pola urutan pendisplaian karya, pameran dimulai dengan pilihan karya simbolik berkurun antara tahun 1950an hingga 1970an, termasuk awal-awal Hockney hidup dan berkarya di Bradford (Portrait of My Father, 1955), lalu ketika di London dan selanjutnya di California. Kolam renang menjadi tema khas sang seniman. Pada tema ini muncul karya “A Bigger Splash” (1967) dan “Portrait of An Artist (Pool with Two Figure)” (1972). Rangkaian potret sepasang figur diwakili oleh dua karya besar: “Tuan dan Nyonya Clark dan Percy” (1970-1971) dan “Christopher Isherwood dan Don Bachardy” (1968).

Alam menjadi semakin penting dalam karya David Hockney pada dekade 1980 hingga 1990 - seperti yang diilustrasikan lewat karya “Grand Canyon yang Lebih Besar” (1998), sebelum dia kembali ke Eropa untuk melanjutkan penjelajahannya menggarap tema lanskap yang sudah diakrabinya.

Dalam periode 25 tahun terakhir ini juga, David Hockney melukis sahabat dan kerabat dengan medium akrilik atau bantuan perangkat iPad, sembari mengerjakan potret diri. Pameran ini menampilkan sekitar 60 potret (berada di Ruang/Galeri 4) yang ditampilkan di samping "potret bunga"miliknya. Dibuat lewat bantuan tablet digital yang kemudian dicetak dan ditampilkan dalam bingkai tradisional, karya-karya tersebut memiliki efek yang menarik. Hal ini terlihat pada 25 Juni 2022 ketika karya ”Melihat Bunga-bunga (Berbingkai)” dipajang bersama di dinding.

Di lantai 1 Fondation (di Ruang/Galeri 5 hingga 7) sepenuhnya berisi lukisan lanskap yang didedikasikan untuk Normandia. Seri 220 untuk 2020, diselesaikan secara eksklusif di iPad, disajikan dalam instalasi yang sama sekali baru di Ruang/Galeri 5. Hari demi hari, musim demi musim, sang seniman menangkap variasi cahaya dalam karyanya. Serangkaian lukisan akrilik dipajang di Ruang/Galeri 6, menampilkan panorama langit yang unik, dianimasikan oleh sentuhan-sentuhan warna cerah, yang secara halus membangkitkan citra karya Vincent van Gogh. Di Ruang/Galeri 7, panorama 24 gambar dengan medium tinta (La Grande Cour, 2019) menggemakan citra permadani Bayeux.

Berikutnya, pada pilahan terakhir, ditampilkan serangkaian karya reproduksi yang berasal dari Quattrocento dan menjadi referensi penting bagi sang seniman, dipajang di lantai paling atas. Karya lukisan Hockney mengacu pada referensi sejarah seni global yang berasal dari zaman kuno hingga mutakhir. Dalam pameran tersebut, karya-karyanya berfokus pada lukisan Eropa, termasuk karya-karya dari awal Renaisans, Master Flemish, dan seni modern. Bagian pertama dari tampilan di Ruang/Galeri 9 menampilkan dialog Hockney dengan Fra Angelico, Claude Lorrain, CéZanne, Van Gogh, Picasso. Berangkat dari ruang ini kemudian pengunjung diajak memasuki tiruan studio seniman yang diubah menjadi ruang dansa. Ini mencerminkan rumah David Hockney sendiri di mana para musisi dan penari acap diundang secara teratur untuk tampil.

Kemudian tentang pertunjukan opera yang menggairahkan, David Hockney sangat ingin menafsirkan kembali setting desain yang telah dibuatnya sejak tahun 1970-an dalam kreasi polifonik baru, bekerja sama dengan Studio 59. Pengunjung diimajinasikan akan tenggelam dalam karya musik dan visual di dalam ruang pameran paling monumental di Galeri 10.

Pada ruang terakhir pameran, yang lebih intim, menampilkan karya-karya terbaru David Hockney, yang dilukis di London, tempat sang seniman tinggal sejak Juli 2023 (Galeri 11). Lukisan-lukisan yang sangat penuh teka-teki ini terinspirasi oleh Edvard Munch dan William Blake: “After Munch: Less is Known than People Think” (2023) dan “After Blake: Less is Known than People Think” (2024) di mana tema astronomi, sejarah, dan geografi bersilangan dengan spiritualitas. Hockney juga memilih untuk menampilkan potret diri terbarunya di ruang terakhir ini. ***

#davidhockney #art #contemporaryart #KussIndarto #KusIndarto #indonesia #artcurator #jogja #yogyakarta 



Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Antara Kolektor dan Kolekdol