Posts

Showing posts from May, 2009

Pameran Menilik Akar di Koran Tempo

Image
Foto menunjukkan karya patung Ali Rubin, A White Key for Indonesian Oppressed Generation , 2009 Koran Tempo, Senin, 25 Mei 2009 Ekspresi Nusantara Dalam "Menilik Akar", para seniman masih dibayangi nilai-nilai tradisi dan nasionalisme. Pameran Seni Rupa Nusantara datang lagi. Kali ini, setelah melalui seleksi 600 peminat, 99 perupa dari 21 provinsi terpilih mengikuti pameran dua tahunan (bienial) bertajuk "Menilik Akar" itu. Di Galeri Nasional, terlihat bagaimana wajah perkembangan seni rupa Indonesia, sekaligus wajah Indonesia itu sendiri. Para perupa menempuh beragam media berekspresi, dari lukisan, patung, grafis, gambar, instalasi, hingga video. Karya-karya video Forum Lenteng, misalnya. Mereka menghadirkan ratusan foto reklame pinggiran jalan. Bukan poster-poster berizin dan membayar pajak, melainkan pamflet-pamflet tempelan di tembok hingga iklan yang biasa dipaku di pohon atau digantung di tiang listrik. Dalam karya berjudul Andi Bertanya itu, proyektor menay

Pameran Menilik Akar di Majalah TEMPO

Image
Sadumuk Bathuk dan Penyeimbang Itu Catatan Bambang Bujono Majalah Berita Mingguan TEMPO, edisi 25-31 Mei 2009 Kalau dianggap pameran-pameran di galeri komersial dan hiruk-pikuk balai lelang seni rupa kurang acuan, Pameran Seni Rupa Nusantara menyimpan potensi menjadi penyeimbang, dengan sedikit pengembangan. Ketika keberagaman disadari bukan saja sebagai kenyataan, melainkan kenyataan yang bernilai, keberagaman itu bisa menjadi ”jebakan” dalam menyeleksi karya seni rupa. Inilah tantangan yang mesti dijawab dalam Pameran Seni Rupa Nusantara, pameran dua tahunan (semula setahunan) oleh Galeri Nasional Indonesia sejak 2001. Pameran yang keenam hingga akhir Mei ini mengambil tema ”Menilik Akar”—tema yang ”mengikat” 90-an karya yang kebanyakan lukisan (ada beberapa instalasi dan seni rupa video) dari 90-an perupa dari seluruh Indonesia. ”Jebakan” pertama adalah seleksi tersebut sekadar memenuhi keberagaman itu agar satu daerah terwakili. ”Jebakan” kedua, seleksi mengupayakan ha¬dirnya berj

Pameran Seni Rupa "Menilik Akar"

Image
(foto di atas adalah performance art oleh Ananta O'edan yang merespon karya jewelry karya Alvi Luviani, dalam pembukaan Pameran Seni Rupa Nusantara 2009: "Menilik Akar" ) Oleh Kuss Indarto /1/ Dalam sebuah artikel pendek yang kurang begitu dikenal publik, sejarawan sosialis Eric J. Hobsbawm membeberkan pendapatnya bahwa sebuah bangsa itu lahir karena “ditemukan”, dan nasionalisme adalah sebuah invented tradition, yakni sebuah tradisi yang harus terus-menerus digali. Dengan ungkapan tersebut Hobsbawm mengingatkan bahwa nasionalisme sebuah negara merupakan sebuah pencarian yang tak akan pernah berhenti karena ia bisa terus digali dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan aktual. Sementara itu Anthony Giddens berpendapat bahwa negara adalah sebuah wadah yang berisi berbagai kekuatan yang berbeda yang saling menggesek satu sama lain. Dengan mengandaikan negara seperti apa yang dikemukakan oleh Giddens tersebut, maka titik relevansi dari hal serupa yang dikatakan oleh Clif

Pembukaan Pameran MENILIK AKAR

Image
Mengundang Anda untuk menghadiri pembukaan Pameran Seni Rupa Nusantara 2009: “MENILIK AKAR” Selasa, 19 Mei 2009, pukul 19.00 wib di Galeri Nasional Indonesia (GNI) Jl. Medan Merdeka Timur No. 14 Jakarta Pusat 10110 (www.galeri-nasional .or.id) Pameran akan dibuka oleh: Bapak Ir. Jero Wacik, SE (Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI) Rangkaian Acara: Selasa, 19 Mei 2009 Pukul 19.30 WIB Pembukaan Pameran; Peresmian Ruang Audio-Visual; Penyerahan Hibah Lukisan karya kolektif Sanggar Bumi Tarung Rabu, 20 Mei 2009 Pukul 10.00 WIB Diskusi: SENI RUPA SEBAGAI KARIER: MENEROPONG PERUPA MUDA INDONESIA Pembicara: Alia Swastika, Kuss Indarto, Penanggap: Rizki A. Zaelani (Kerjasama dengan Majalah VISUAL ARTS) 23-31 Mei 2009 pukul 11.00 dan 15.00 WIB Penayangan Video Art (Video Screening) (Kerjasama dengan RUANGRUPA) Daftar Peserta Pameran Seni Rupa Nusantara 2009: "MENILIK AKAR" ACEH: mahdi abdullah, BALI: antonius kho, i gusti putu hardana putra, i wayan sedanayasa, i wayan suardan