Posts

Showing posts from February, 2015

In Memoriam Hendro Suseno: Siluet di Balik Layar

Kuss Indarto Sing sapa kang ngeling-eling pati ingkang bisa mati jro ning gesang tinetah supaya teteh titah ing Hyang Mahagung kudu eling ing dalem pati petitis ing kasidan uripe linuhung sebab uripe prasanak pati lawan pati urip tan kenaning pati yeku dat ing hyang Suksma Barang siapa ingat akan kematian barang siapa dapat mati sambil hidup barang siapa menerima bimbingan agar menjadi jelas baginya segala peraturan Yang Maha Agung barang siapa dengan jelas melihat kesempurnaan hidup orang itulah luhur karena hidupnya berkaitan dengan kematian yang sekaligus hidup tunduk kepada kematian artinya hakikat Hyang Suksma (Serat Centhini II pupuh 64, bait 234, disusun dalam tembang Dandanggula) Akhirnya, kematian menjadi jalan terbaik pilihan Tuhan untuk diberikan pada perupa Drs. R. Hendro Suseno. Selasa dini hari, 13 Juni 2006 sekitar pukul 00.30 WIB, perupa kelahiran 24 Oktober 1962 ini kembali ke

Sejarah yang Jauh di Dekat Kita

Oleh Kuss Indarto “SAYA tidak begitu asing dengan Diponegoro karena masa kecil saya sempat tinggal tak jauh dari Museum Diponegoro di daerah Tegalrejo, Yogyakarta. Dan saya sesekali berkunjung ke sana. Hanya sekitar 300 meter jaraknya menuju museum,” kata Prof. Dr. Anis Rasyid Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI saat mengawali sambutan dalam pembukaan pameran seni rupa “Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Sejarah”. Pameran ini berlangsung di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia (GNI), Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta Pusat, mulai 5 Februari hingga 8 Maret 2015. Dalam sambutan tersebut Anis juga menyoal tentang peran dan kontribusi Pangeran Diponegoro dalam perjuangan menuju keindonesiaan, hingga membincangkan tentang pentingnya pembangunan kebudayaan—yang menjadi tanggung jawabnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sambutan Anis menjadi sambutan puncak setelah sebelumnya ada pidato dari Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus