Rebranding Luar-Dalam

Oleh Kuss Indarto HAMPIR seratus tahun lalu, persisnya sekitar tahun 1920-an, produsen raksasa minuman ringan asal Amerika Serikat, Coca Cola , mulai merambah pasar China. Mereka masuk dengan nama (yang kalau dieja secara harfiah berbunyi): “kou-ke-kou-la”. Dalam aspek kebahasaan lokal ternyata itu membawa masalah. Orang-orang China banyak menertawakannya karena dalam bahasa Mandarin kata tersebut memuat dua kemungkinan makna yang relatif lucu bahkan negatif, yakni: “mulut yang dahaga dan penuh dengan lilin”, atau “menggigit kecebong lilin”. Coca Cola tanggap, lalu mengadakan riset dengan mengedepankan aspek budaya, khususnya bahasa lokal. Hasilnya, brand name dalam bahasa Mandarin tersebut kemudian diubah, diselaraskan dengan situasi lokal, dan terbaca sebagai: “ke-kou-ke-le”. Arti dan maknanya lebih menguatkan citra serta identitas atas produk itu: “suatu rasa yang menggembirakan dan kebahagiaan” atau “kebahagiaan di mulut”. Paul Temporal, pakar manajemen merek yang ...