Posts

Showing posts from December, 2006

East Art Map

Image
Menurut majalah Artforum, East Art Map ini adalah salah satu buku (seni) terbaik tahun ini, di samping judul2 lain seperti Eat the Document , sebuah novel karya Dana Spiotta dan We karya Yevgeny Zamyatin. East Art Map ditulis secara kolaboratif oleh lima seniman yang melakukan survei atas geliat produksi seni di bawah kekuasaan pemerintahan Komunis dari tahun 1945 hingga tahun2 terakhir ini, terutama di Slovenia. Sepertinya menarik banget. Sayang sementara ini hanya bisa baca sinopsisnya aja. Entah bisa atau enggak baca seluruhnya. Ah, seandainya... Grrrrfff!!

Museum Situs Ingatan

(Tulisan ini dimuat dalam katalog pameran Homage 2 Homesite . Pameran ini berlangsung di eks kampus Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, di Gampingan, Wirobrajan, Yogyakarta) Oleh Kuss Indarto Sesungguhnya, tulisan yang hendak ngalor-ngidul ini tak berhasrat banyak untuk mendedahkan problem substansial atas teks visual (yang bertebaran di ruang pamer) seperti yang ditengarai oleh tajuk pameran ini. Dan sejatinya, memang, label Homage 2 Homesite (Kembali ke Gampingan) “sekadar” judul penanda pameran, bukan tajuk kuratorial yang galibnya dengan kuat mengimbas pada implimentasi atas rentetan karya-karya seni rupa di dalamnya. Ya, terus terang, ini memang merupakan pameran “dalam rangka”, bukan pameran “dengan kerangka” tematik yang ketat dan rigid . Tak berbeda jauh ketimbang perhelatan sebelumnya, yakni Melukis Lagi di Gampingan yang berlangsung Minggu, 19 November 2006 lalu, pameran ini memberangkatkan diri dari upaya “romantik” untuk merawat ingatan. Ingatan, seperti yang digagas oleh pe

DPR yang D-Rp

Image
"Di Sini Mandi Uang". Kukira ini merupakan salah atu karya performance ar t yang jenial di Yogyakarta dalam tiga tahun terakhir ini. 15 orang kampung Gamping itu didaulat oleh teman2 Kelompok Seringgit untuk memajang kalimat cerdas dan kontekstual ketika mereka hadir persis di depan gedung DPRD Yogyakarta, kira-kira Agustus 2004 lalu. Ini menjadi bagian dari kreasi ratusan seniman Yogyakarta yang waktu itu diprakarsai oleh Kerupuk (Komunitas Ruang Publik Kota) Yogyakarta yang menggalang proyek seni "Di Sini Akan Dibangun Mall". Ya, itulah bentuk respons seniman dan aktivis perkotaan atas rencana pembangunan belasan mall di sekujur kota Yogyakarta. Dan beginilah salah satu "sikap politik" Kelompok Seringgit atas wacana mall-isasi Yogya. Dapat dipahami bahwa menurut para seniman ini, kunci persoalan kasus mall-isasi teramat berkait pada attitude politik para anggota DPRD yang sangat permisif bin akomodatif bukan karena nilai fungsional bangunan kotak sabun r
Akhir November lalu, Sabtu tanggal 25 persisnya, saat didaulat untuk ngobrol di hadapan puluhan seniman Purwokerto, aku seperti disadarkan oleh realitas jagat seni rupa di sekitarku yang masih sangat-sangat beragam gradasi pemahamannya atas dunia seni rupa itu sendiri. Di Purwokerto, seperti halnya yang dialami oleh seniman di kota lain di Jawa, apalagi di luar Jawa, masih banyak berkutat pada problem elementer yang cukup berjarak dengan perkembangan di Yogya. Dialog yang dilakukan beberapa jam setelah pembukaan pameran seniman Trio Faham (mas Fathur, pak Hadi Wijaya, dan mas Medi) ini berlangsung begitru menggairahkan hingga berlangsung hampir 4 jam sampai jam 23.30-an. Aku cukup capek juga sih, tapi senang. Banyak hal bisa kulontarkan untuk memberi pengayaan pikiran atas perkembangan seni rupa yang selama ini belum terpikirkan oleh teman2 seniman di Purwokerto. Pun aku mendapatkan banyak fakta menarik tentang geliat perkembangan mereka di tengah apatisme publik dan negara terhadap ja

Buntut, Stok Jadul

Di bawah ini kembali tulisan stok lamaku yang jadul banget. Saat itu masih 22 tahun, masih kuliah dan mulai latihan nyari2 duit sendiri buat nutup biaya kuliah hehehe. Kukorek lagi tulisan ini untuk pengingat bagiku sendiri bahwa, "Heyy, 14 tahun lalu kamu sudah bisa nulis! Yang maju donk, jangan jalan di empat!" Yah, kayaknya aku masih jalan di tempat tuh... Huhuhu! Buntut Oleh Kuss Indarto Tahukah Saudara arti judul di atas? Rasanya memori-otak kita tak perlu banyak memboroskan waktu untuk berlama-lama menjawab bahwa buntut adalah dua atau tiga nomor dari 7 nomor yang muncul tiap Rabu malam sebagai ‘program nasional’ mingguan pemerintah untuk mengumpulkan duwit (dana olahraga) dari sebagian di antara kita yang suka bergelar sebagai kaum ‘dermawan-sosial’ dan senang menggantang asap, membeli selembar kertas berisi (= berhadiah) satu milyar imajinasi. Tapi tak perlulah kita berpanjang-kata tentang buntut yang satu ini. Cukup Ibu Haryati Soebadio (Menteri Sosial kita) sajalah