Posts

Showing posts with the label Nasirun

emiria soenassa

Image
Tak banyak diketahui bahwa dalam sejarah seni rupa modern Indonesia kurun 1930-an hingga 1960-an ada sosok perempuan yang namanya agak tercecer dalam perbincangan. Emiria Sunassa namanya. Dia lahir di Sulawesi Utara tahun 1895 dan meninggal tahun 1964 di Lampung. Darah ningrat mengalir dalam tubuhnya karena ayahnya adalah Sultan Tidore (Maluku Utara) pada masanya. Emiria seorang bohemian. Dia melanglang kemana-mana hingga pada satu kurun waktu menetap dan belajar di Eropa, ya kni di Belgia. Dia juga pernah aktif di Persagi (Persatoean Achlie Gambar Indonesia) bersama S. Sudjojono dan para seniman senior lainnya. Foto ini adalah salah satu karya Emiria Sunassa. Dibuat tahun 1951 dan bertajuk "Pemanah Papua/Papuan Archer". Kini menjadi salah satu koleksi perupa Nasirun, dan sedang dipamerkan di Pameran Koleksi Seni Perjuangan "Jasmerah" di Indieart House , Jl. As Samawaat no. 99, Bekelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogya, antara tanggal 17 hin...

“Jasmerah”: Kesaksian dan Interpretasi

Image
Sebuah karya Agoes Djaja, koleksi Nasirun. Oleh Kuss Indarto   PAMERAN seni rupa “Jasmerah” ini memuat banyak makna. Pertama , ditinjau dari materi karya dan substansinya, sedikit banyak memuat potongan peristiwa yang bertalian dengan sejarah tertentu. Entah itu sejarah perjuangan bangsa, sejarah sosial sebuah kawasan, sejarah personal dan komunal, dan lainnya. Pada konteks ini, artifak dan konten karya seni bisa dibaca sebagai perangkat dokumentasi, juga sebagai sebuah kemungkinan alternatif “alat baca sejarah” di luar bentuk artifak sejarah yang lain dan mainstream .   Kedua , pameran ini menyadarkan kembali kepada publik seni rupa akan betapa pentingnya sebuah dokumentasi. Dokumentasi tak bisa dilihat sebagai sekumpulan benda-benda lawas, lama dan mungkin kuno, namun sebagai segepok sejarah yang bisa dihidupkan kembali untuk membaca gerak peradaban dan kebudayaan pada kurun waktu jauh di belakang. Ketiga, pameran “Jasmerah” juga mengingatkan kembali pentingnya bu...

Nasirun: Narasi Pertarungan dan Pertaruhan

Image
Oleh Kuss Indarto (Catatan yang hanya 30% dari tulisan "aslinya" ini termuat dalam katalog kecil pameran tunggal Nasirun, "Run: Embracing Diversity". Catatan utuh dimuat dalam buku tebal yang juga mengiringi pameran ini, yang berlangsung 29 Mei s/d 2 Juni 2016, di Sportorium kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) [Satu: Menuju Yogya, Uang Pintu, dan Bismillah ] MALAM telah menjemput ketika kereta api jurusan Bandung-Yogyakarta tiba di Tugu, stasiun kereta api terbesar di Yogyakarta. Ratusan penumpang pun turun dalam keriuhan. Beragam manusia berjejal membopong tas, koper, dan bawaan lain, bertumbuk bersama para penjemput yang telah puluhan menit menanti kedatangan kereta tersebut. Mereka bersengkarut dengan para kuli angkut yang tangkas menawarkan jasa kepada para penumpang yang penuh terbebani barang bawaan.             Dalam keriuhan manusia itu, ada dua anak kecil belasan tahun yang terselip di antaranya...

Proses Jokowi-JK

Image
Itu Jokowi-JK lewat! Jakarta, 20 Oktober 2014 . Persis setahun lalu, 20 Oktober 2014, aku sudah di Jakarta. Pagi hari sekitar pukul 06.00 wib kujejakkan kaki di seputaran Jakarta Nol Kilometer atau sekitar Istana Merdeka. Hari itu Jokowi-JK dilantik sebagai presiden dan wapres 2014-2019. Aku sendiri datang dengan spirit untuk merayakan dan menghargai sebuah proses. Ya, proses untuk menjadi warga negara yang ingin menyimak kilasan perjalanan bangsa ini, setidaknya 5 tahun ke depan—di bawah kendali seorang bekas tukang kayu dan kakek tua yang jago berdagang.  Menghargai sebuah proses itu mengasyikkan. Apalagi dibalut dengan sebuah keyakinan. Bahwa kelak semua—proses dan harapan—itu lenyap, tak perlu disesali kalau ada perjuangan di atasnya. Apalagi ada keringat, air mata dan darah yang melambari perjuangan itu. (Waduh, Mario Teguh banget!) Banyak kisah yang bisa jadi cermin atas proses itu. Seorang Thomas Alva Edison pernah dikeluarkan dari sekolah karena dianggap ...