Posts

Showing posts from January, 2017

Kuda

Image
Equus Caballus atau kuda menjadi satwa yang menarik perhatian bagi perupa Operasi Rachman Muchamad . Kuda Sumbawa, kali ini menjadi pilihannya untuk dimuntahkan dalam kanvas. Seperti ada derap kaki dan tubuh kuda yang melesat kencang dalam karya ini, dari arah kiri ke kanan. Namun perupa kelahiran Jember, Jawa Timur ini tidak membuat visualisasi kuda yang rinci dengan penuh kecermatan. Cipratan beragam warna yang kaya dihempaskan (seperti) penuh emosi—dan aristik hasilnya. Ada yang mengotakkan corak karya seperti ini sebagai abstrak figuratif atau abstrak morfik karena seniman menyisakan citra benda atau sosok yang bisa ditemui dalam alam nyata yang rasional. Sementara dalam “Painting Today” (2014), kritikus Tony Godfrey menyebutnya sebagai “ambiguous abstract”. Seniman seolah mencoba mengulang-alik kesadarannya dalam menghadapi subyek karyanya antara kelebat fantasi, sublimasi atas fakta-fakta, atau bangunan “dunia baru” yang datang mengalir dari rasa dan logika senim

Cita-cita

(Status Facebook pada 29 Januari 2015) Malam itu, sekitar tiga puluhan tahun lalu, aku menguping pembicaraan ayah dan dua tetanggaku (sebut saja J dan K) yang datang “ngendhong” (menamu) untuk sebuah keperluan. Sebagai orang/keluarga yang baru pindah dari kota, ayahku dianggap oleh tetangga punya secuil pengalaman yang berbeda sehingga perlu untuk berbagi. Tapi, kukira, itu juga lebih karena karakter tetangga kami di dusun yang lebih toleran, semanak, dan ingin menjaga silaturahmi, sehingga praktik bertetangga menjadi penuh kekeluargaan. Dua tamu ayahku tadi semuanya berusia sekitar 27 tahun dan sudah menikah (muda) dengan masing-masing memiliki dua orang anak (mereka, kelak sama-sama punya 5 orang anak). Mereka hidup dalam belitan ekonomi keluarga yang pas-pasan karena hanya menjadi petani penggarap tanpa memiliki lahan sendiri. Latar pendidikan yang dilakoninya hanya sampai tamat SMP. Tanah warisan sebetulnya punya meski tak seberapa (seperti pengakuan mereka), tap

Lelaku: Menggali Rasa

Image
Salah satu karya S.Priadi atau Supriadi yang dipajang dalam pameran "Lelaku: Menggali Rasa" Oleh Kuss Indarto   (Catatan ini telah dimuat dalam katalog pameran tunggal S.Priadi, "Lelaku: Menggali Rasa", di Taman Budaya Yogyakarta, 14-24 Januari 2017 ) SUPRIYADI atau S. Priadi, saya kira, sedang masuk dalam fase yang penting pada perjalanan kesenirupaannya. Bagi sebagian seniman, pameran tunggal adalah momentum untuk menunjukkan setidaknya dua hal mendasar. Pertama , kepada publik atau masyarakat seni yang menopangnya, ini menjadi forum bagi seniman untuk melakukan “absensi diri” bahwa dirinya masih atau pantas masuk sebagai bagian dari seniman yang aktif. Ini problem eksistensi(al) yang memang selayaknya harus terus diketengahkan kepada publik. Bukan sekadar eksistensi personal, namun lebih pada eksistensi yang bertumbuh dari pencapaian kekaryaan. Eksistensial yang dilambari oleh problem estetik. Dari problem eksistensial ini kelak akan dibaca oleh publik d

Filantropi(sme) Lewat Seni

Image
Lukisan karya Godek Mintorogo Lukisan karya Oetje Lamno   Oleh   Kuss Indarto (Catatan ini dimuat dalam katalog pameran amal (charity exhibition) "Seni untuk Kemanusiaan" yang diselenggarakan oleh YAKKUM di Museum Affandi, 20-24 Januari 2017) Dalam pandangan yang sudah sangat klasik, fungsi seni rupa itu ada dua hal besar, yakni (1) fungsi personal atau individual, dan (2) fungsi sosial. Fungsi individual merupakan fungsi seni rupa yang hanya dapat dinikmati oleh para kreator karya seni rupa itu sendiri, yakni para seniman. Pada konteks fungsi individual ini pun bisa dibedah lagi dalam dua perkara, yakni sebagai pemenuhan kebutuhan fisik  dan sebagai pemenuhan kebutuhan emosional .  Untuk kebutuhan fisik, kita paham bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki banyak kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan fisik. Dalam hal ini, seni rupa terapan (applied art) yang menjadi salah satu pengembangan cabang seni berdasar kegunaannya dapat memenuhi kebutuhan te