Posts

Showing posts from November, 2006

Pameran di Purwokerto

Lebaran lalu, saat mudik di Banyumas, aku didatangi oleh beberapa seniman Purwokerto. Intinya, aku diajak untuk membantu menulis kata pengantar pada katalogus pameran 3 pelukis: Pak Hadi Wijaya, mas Medi dan Mas Fathur. Tak pelak, seharian itu, aku muter2 di rumah mereka, hingga malam hari. Ibuku yang masih kangen di rumah kutinggal bersama istriku, 2 keponakanku, dan adiku. Hehehe. Aku juga sekalian mampir di rumah pak novelis Ahmad Tohari yang masih satu kecamatan dengan rumah ibuku. Jadinya ya tulisan di bawah ini. Singkat banget karena dibatasi gak boleh panjang2, tapi gak jelas standarnya berapa karakter, berapa kata, atau gimana gitu. Ya, udah, jadinya ya tulisan yang kira2 kusesuaikan dengan audiens di Purwokerto. Mungkin aku sedikit underestimate . Tapi ya, kekhawatiran itu akan kubalas pada sesi acara diskusi malam Minggu besok itu. Aku udah siapin banyak materi visual, siapa tahu banyak membantu memberi pembayangan atas progres seni rupa dewasa ini. Aku sangat tertarik untuk

Melihat Teks, Meraba Konteks

Oleh Kuss Indarto (Teks ini telah dimuat di leaflet pameran lukisan tiga pelukis Purwokerto: Fathur, Hadi Wijaya, dan Medi, bertajuk Transisi 2006 yang berlangsung 25-30 November 2006 di Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto) Dewasa ini telah banyak cara pandang seniman dalam mendasari praktik berkeseniannya, terkhusus di ranah seni rupa. Ada seniman yang memberlakukan karya-karyanya sebagai hasil ekspresi pribadi yang cenderung mengedepankan aspek personalitas diri. Bahkan terkadang begitu kuat menekankan semangat narsisisme, dimana citra diri (self) menjadi pusat pemaknaan. Pun masih banyak seniman yang memiliki modus kreatif dalam melakukan praktik berkarya sebagai proses mimesis atau meniru (alam) seperti pernah diteorikan oleh filsuf Plato berabad-abad lalu. Pada perkembangannya, praktik berkesenian telah begitu beragam sesuai dengan tuntutan dan sistem nilai yang berlaku pada kurun waktu tertentu yang terus bergerak. Dengan demikian, semangat jaman (zeitgeist) tidak sekadar memberi

Tulisan Jadul

Aku terkesiap saat Janu, teman yang usianya sekitar 14-an tahun di bawahku, dan masih kuliah, datang beberapa hari lalu dan bawa majalah kampus, Sani . Wuih! Itu majalah yang aku dan beberapa teman buat saat kuliah di ISI Yogya masuk semester 4, kira-kira nyaris 15 tahun lalu. Saat aku masih lugu, "latihan" berambut gondrong, pakaian dikumal-kumalkan, gaya dicuek2kan. Njijiki banget kae kalo inget. Tapi masih imut abis, paling enggak waktu udah bisa gonta-ganti cewek. Sok playboy bin Don Juan norak kae. Njijiki pooollll! Hahahaha, lucu banget deh. Ini nih tulisan anak yang baru latihan nulis di tengah lingkungan kampusku yang jauh dari atmosfir intelektual(itas). Isinya cuman adu nyentrik, adu norak etcetera hahaha. Aku inget, itu kutulis beberapa bulan sebelum aku masuk kerja jadi karikaturis/ilustrator di harian Bernas yang membuat kuliahku jadi molor sepuluh tahun hahahaha! Bayangin, karena tiap semester ganti kartu mahasiswa baru, so aku punya 20 kartu mahasiswa! Njijiki

Obat Stress

Coba, ah, ngeliatin gambar ini barang 30 atau 45 detik. ali2 aja ada efek optisnya. Ya, sugesti aja. Kalau gak salah gambar ini "pengembangan" dari karya Optical Art-nya Victor Vassarelly yang emang efeknya mengelabuhi mata. Atau malah ngrusak mata hehehe
Image

Aku Datang, Aku Senang2, Aku Girang

Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara bekerjasama dengan para seniman alumni Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta akan mengadakan perhelatan Melukis Lagi di Gampingan, Minggu 19 November 2006 mendatang. Acara akan berlangsung sehari penuh, mulai pukul 08.00 pagi hingga 18.00 WIB bertempat di bekas kampus STSRI Asri atau Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, di bilangan Gampingan, Wirobrajan, Yogyakarta (belakang pasar Serangan, Wirobrajan). Perhelatan ini dihasratkan sebagai forum komunikasi antar seniman seni rupa di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, sekaligus sebagai upaya sosialisasi atas rencana pembangunan Jogja National Museum. Acara melukis bersama ini tidak sekadar merawat semangat romantisme atas keberadaan (bekas) kampus seni rupa tertua di Indonesia itu, tetapi juga dimaksudkan sebagai "pintu masukâ" bagi upaya mewacanakan lebih lanjut gagasan berdirinya Jogja National Museum. Oleh karenanya, acara ini tidak ditendensikan sebagai perhelatan yang bersifat internal, tetapi t
"The man of knowledge must be able not only to love his enemies but also to hate his friends." Friedrich Nietzsche

Art Child 1

Image

Art Child 2

Aku senang dapat kesempatan dan dipercaya oleh Mas Totok dari PPPG Kesenian untuk ikut nulis kata pengantar di katalog pameran lukisan anak-anak, Art Child . Sedianya pameran itu dibuka Sabtu, 11 November 2006 besok di Taman Budaya Yogyakarta. Itu tuh sebelah barat Toko Progo, Gondomanan. Sebaiknya Anda nonton deh. Ajak anak atau keponakan Anda. Bagus2 kok. Bayangin, anak2 nglukis segede 4 meter dan bagus2. Itu tuh di atas, salah satu contohnya, karya anak Perancis. (Sayang gak jelas anak usia berapa tahun. Tapi kalau nurut teorinya Viktor Lowenfeld sih, anak2 ya 0-14 tahun). Ada dua pameran sebenarnya, tapi di jadiin satu, yaitu yang internasional, dan nasional. Aku kebagian nulis pameran yang nasional bareng pak DR. Agung Suryahadi dari PPPG Kesenian. Sedang untuk yang internasional, ada tulisan pak DR. Agung S juga, bareng pak DR. Dwi Marianto. Aku nggak spesifik nulis tentang materi pameran itu karena males kejebak untuk bahas karya yang "baik" dan "buruk". Tapi

Risiko...

Wah, sekarang aku garus banyak kalkulasi untuk setipa butir waktu yang akan kulalui. Bajigur. Ya udah. Itu risiko yang harus kupeluk, juga tanggung jawab yang mesti dekap. Tak masalah. Banyak hal juga keajaiban yang aku lewati setelah hidup bersama istriku, Narina... hihihi!

Mas Jaduk-Mbak Petra di Mantenanku

Image

Adios, Omi Intan Naomi

Image

Omi Berpulang

Omi berpulang. Hah, Naomi Intan Naomi yang anaknya pak Darmanto Jatman itu tutup umur? Aku kaget ketika Agung “Leak” Kurniawan kasih info tentang itu. Kala itu, sekitar jam 21.10 WIB hari Minggu 5 November, aku dan istriku naik motor untuk pulang setelah berakhir pekan di rumah mertua. Beberapa menit kemudian Neni, istri Leak kirim sms duka itu. Pun Senin paginya, mbak Anggi Minarni sms serupa. Bayangan tentang Omi segera berkelebat di batok kepalaku. Beberapa hari lalu aku baru berencana menyapa dia, meski lewat e-mail atau sms, setelah kubaca tulisan dia di harian Suara Merdeka (Semarang) edisi Minggu 29 Okteber 2006. Tulisannya yang bertajuk “Medioker” itu sebetulnya tak cukup menarik. Ngalor-ngidul kemana-mana. Tapi karena dia dengan langsung menyebut-nyebut namaku, dengan segala kenyinyirannya, aku seperti diingatkan bahwa barangkali itulah cara paling santun bagi dia untuk menyapaku. Hahaha. Ya, kami sudah amat lama tak saling sua. Entahlah, mungkin sudah 5-6 tahun meski tempat t
Lebaran kemaren, waktu aku ngumpul lengkap di rumah ibu, dua keponakan masih tetap jadi pusat perhatianku. Aku seneng banget mengingat2 mereka. Adel (2 tahun), anaknya Yana-Ida, semakin cerewet dan imut. Bulu matanya, idepnya masih panjang dan lucu banget. Suaranya cempreng bikin kangen banget. Sedang Ivan, anaknya Ning-Tri, udah mulai dewasa meski baru 6 taun. Dia bisa ngemong Adel. Nggak nakal banget kayak 2 tahun lalu. Bisa ngajak berlogika dengan Adel, tentu khas seusianya. Yang aku senang, Ivan makin senang menggambar. Kata ibunya, Ning, Ivan kemaren juara 2 lomba mewarnai. Lumayan deh, paling enggak agak2 nurun aku, pakdenya. Tapi Adel malah berkurang minatnya. Gak tau, padahal setahun lalu keliatan lebih antusias ketimbang Ivan. Kukira mood pun bisa fluktuatif, naik-turun frekuensi ngikuti lingkungannya. Mungkin ngikuti mood ibunya, Ida (adik iparku), yang mulai sebulan lalu memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai guru di SMKK dan serius dengan usaha bridal-nya yang mulai be
Image