Posts

Showing posts from April, 2015

Memborobudur

Image
AKHIRNYA, kami sekeluarga bisa bertandang ke candi Borobudur kemarin, Minggu Pon, 19 April 2015. Kesempatan sebelumnya hanya sampai ke candi Mendut, atau hingga di parkiran, karena hujan deras mengguyur bangunan abad ke-8 itu. Dua anak kecil kami yang saya duga akan banyak "merepotkan" karena minta gendong, ternyata justru sebaliknya, tampak merasa nyaman berjalan bertahap dari level terendah hingga paling tinggi. Di sela momong anak dan istri di situs kebanggaan Nusantara itu, ada yang bisa diamati dari beberapa perilaku sebagian (besar?) pengunjung yang "menziarahi" Borobudur pada waktu yang bersamaan: (1). Banyak pengunjung yang berebut naik tangga untuk mengambil "jalan lurus" atau "jalan pintas" langsung menuju stupa besar di ujung atas candi. Kami yang mencoba bertahap menyusuri jalur level rupadhatu hingga arupadhatu yang penuh relief dengan narasi luar biasa itu, justru "kesepian" tapi sekaligus nyaman karen

Berkarya dengan Jiwa

Image
  Oleh Kuss Indarto SEKITAR 23 tahun lampau, pengamat seni Sanento Yuliman dengan runtut menuliskan sebuah catatan penting di majalah Tempo (edisi Januari 1992) dengan tajuk “Seni Rupa Atas, Seni Rupa Bawah” . Salah satu poin pentingnya adalah pemilahan antara dua hal. Pertama, “seni rupa atas” atau high art yang ditengarai sebagai seni rupa yang dalam kelahiran dan pertumbuhannya sangat dipengaruhi faktor yang memancar dari negeri berindustri maju, yakni faktor informasi dan konsumsi. Ia berkait dengan pertumbuhan lapisan atas dan menengah masyarakat kita di kota besar, dan sebagian hasilnya berupa produk eksklusif untuk pasar eksklusif. Pada pilahan ini, seni lukis dan seni patung modern yang disebut-sebut oleh kaum terpelajar, masuk di dalamnya. Begitu pula desain, dan lainnya. Sementara hal kedua, “seni rupa bawah”, diidentifikasi sebagai seni rupa yang produksi, distribusi, dan konsumsinya berlangsung di lapisan sosial bawah dan menengah (menengah bawah), b

Pertaruhan Artistik dalam “Tiga Karakter, Tiga Warna”

Image
Oleh Kuss Indarto Seni rupa berkemampuan mempersoalkan diri dan masyarakatnya dengan mencari gagasan-gagasan yang cocok. Ia berkembang oleh dinamikanya sendiri, termasuk dialektika gagasannya sendiri. Dengan kata lain, dikehendaki perkembangan yang mandiri, bukan sekadar terseret perkembangan seni rupa di negeri asing (Barat). ~ Sanento Yuliman , “Seni Rupa Dalam Pancaroba: Ke Mana Semangat Muda?”, harian Kompas, 7 Juni 1987 Beauty is the infinite depicted in the finite. [Keindahan adalah ketidakterbatasan yang digambarkan dalam suatu batas]. ~ August Wihelm Schlegel /satu/ AKHIRNYA, tiga perupa ini: Anang To2 Sutoto, M. Yatim Mustafa, dan S. Handono Hadi, berpameran bersama—setelah dirancang sekian lama, dengan berbagai hadangan dinamika pasang-surutnya. Pameran ini, setidaknya memuat beberapa hal penting dan mendasar. Hal pertama , ketiga perupa masing-masing memiliki tiga kecenderungan artistik yang berbeda sama sekali—antara satu dan lainnya. Anang T