Posts

Showing posts from May, 2010

Joko “Gundul” Sulistiono: Menyangkal dari Stereotyping Robot

Image
Joko "Gundul" (kanan) bersama Priyaris Munandar saling melukis tubuh mereka untuk persiapan pameran Hip! Hip! Hero!, 6 Juni 2010 di Galeri Apik, Jakarta. MANUSIA BARU (140 x 190 cm, mixed media, 2000). Itulah karya yang menjadi tonggak penting bagi perjalanan kreatif Joko “Gundul” Sulistiono. Lewat lukisan tersebut, seniman berperawakan mungil ini bagai memuntahkan magma kreatif yang seolah bertahun-tahun terpendam di balik tubuh dan lupa. Ya, bahkan Joko sendiri juga sahabat-sahabat dekatnya barangkali lupa bahwa dirinya memiliki potensi besar untuk melahirkan karya penting. Setidaknya penting bagi perjalanan kreatif dirinya. Lukisan kolase (collage) itu menemukan momentum yang tepat pada perhelatan Indonesia Art Award (IAA) 2000 yang waktu itu masih disponsori oleh Philip Morris Group. Manusia Baru tidak sekadar masuk menjadi finalis (70 Besar), namun bahkan terpilih menjadi 10 Besar Karya Terbaik. Waktu itu, Tim Juri (yang terdiri dari M. Dwi Marianto, Sulebar Soek

Finalis Indonesia Art Award 2010: Perupa Yogyakarta Masih Dominan

Image
UNTUK kesekian kalinya, para seniman Yogyakarta masih tetap mendominasi Kompetisi Indonesia Art Award (IAA). Kali ini, dalam perhelatan IAA 2010, ada sejumlah 46 seniman seni rupa (perupa) yang masuk sebagai finalis atau nominees. Jumlah ini hampir menguasai separuh dari keseluruhan finalis yang jumlahnya ada 95 seniman. Sementara kawasan lain yang juga banyak masuk sebagai finalis, seperti sudah bisa diduga, berasal dari Bandung, yakni sebanyak 18 orang. Itulah salah satu sisi yang bisa disimak dari hasil penjurain tahap pertama Kompetisi IAA 2010 yang berlangsung hari Senin, 26 April 2010, yang berlangsung di gedung Galeri Nasional Indonesia (GNI), Jalan Medan Merdeka Timur 14, Jakarta. Penjurian berlangsung hingga mencapai 11 jam dengan dipimpin oleh Ketua Tim Juri, Jim Supangkat beserta para anggota tim juri lainnya, yakni Asmudjo Jono Irianto, Rizki A. Zaelani, Suwarno Wisetrotomo, dan Kuss Indarto. Penjurian yang berlangsung seru dan ketat ini untuk menyeleksi proposal dari