Posts

Showing posts with the label Banyumas

Gomblang

Image
Ini seperti blessing in disguise dalam bentuk yang berbeda. Liburan Lebaran ini rencananya ingin ke Curug (air terjun) Cipendok di kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah. Tapi sepertinya itu telah menjadi destinasi wisata favorit dan mainstream. Jadi terlalu riuh dan kurang nyaman. Apalagi Baturraden yang pasti lebih crowded karena terlalu banyak pengunjung. Kendaraan kuarahkan mencari kawasan ketinggian yang mungkin ada panorama bagus. Pada sebuah persimpangan, oh, ada banner kecil yang menawarkan sebuah tempat bernama "Curug Gomblang". Ah, ternyata aku kurang gaul, ada banyak tempat wisata di Banyumas atau sekitar kota Purwokerto. Kendaraan kupacu pelahan karena jalan tak terlalu lebar dan cukup ramai situasinya. Dari kota kecamatan Kedungbanteng ke arah utara. Desa di utara Kedungbanteng yang pernah kudatangi beberapa tahun lalu adalah desa Windujaya. Sekarang kondisi jalannya bagus tapi tetap harus hati-hati karena sempit dengan salah satu...

Pangan(an)

Image
Kue clorot atau dhumbeg. Lebaran sudah berakhir meski atmosfirnya masih sedikit berpendar seminggu setelah tanggal 1-2 Syawal. Atmosfir itu dibangun, antara lain, oleh makanan yang masih tersaji di meja-meja tamu di banyak rumah yang merayakan Idul Fitri atau lebaran. Banyaknya makanan atau kuliner yang tersaji di rumah-rumah memang menjadi salah satu penanda penting datangnya lebaran--hari istimewa orang mus lim (di Indonesia). Kekayaan dan keragaman kuliner di pelbagai kawasan di Nusantara kembali (di)muncul(kan) pada momentum itu, meski mungkin lambat laun mulai surut aneka ragamnya. Makanan lokal secara pelahan digeser oleh makanan dari luar yang dianggap mudah cara pembuatannya, awet hingga bertahan beberapa minggu, dan mudah mencari bahan bakunya. Misalnya kastengel. Kini camilan ringan asal negeri kafir Belanda ini sudah sangat populer sebagai hidangan khas lebaran. Di meja-meja tamu masyarakat Jawa, camilan lokal sebenarnya masih cukup banyak tersedia, t...

Cita-cita

(Status Facebook pada 29 Januari 2015) Malam itu, sekitar tiga puluhan tahun lalu, aku menguping pembicaraan ayah dan dua tetanggaku (sebut saja J dan K) yang datang “ngendhong” (menamu) untuk sebuah keperluan. Sebagai orang/keluarga yang baru pindah dari kota, ayahku dianggap oleh tetangga punya secuil pengalaman yang berbeda sehingga perlu untuk berbagi. Tapi, kukira, itu juga lebih karena karakter tetangga kami di dusun yang lebih toleran, semanak, dan ingin menjaga silaturahmi, sehingga praktik bertetangga menjadi penuh kekeluargaan. Dua tamu ayahku tadi semuanya berusia sekitar 27 tahun dan sudah menikah (muda) dengan masing-masing memiliki dua orang anak (mereka, kelak sama-sama punya 5 orang anak). Mereka hidup dalam belitan ekonomi keluarga yang pas-pasan karena hanya menjadi petani penggarap tanpa memiliki lahan sendiri. Latar pendidikan yang dilakoninya hanya sampai tamat SMP. Tanah warisan sebetulnya punya meski tak seberapa (seperti pengakuan mereka), tap...

Cita-Cita

Oleh Kuss Indarto Malam itu, sekitar tiga puluhan tahun lalu, aku menguping pembicaraan ayah dan dua tetanggaku (sebut saja J dan K) yang datang “ngendhong” (menamu) untuk sebuah keperluan. Sebagai orang/keluarga yang baru pindah dari kota, ayahku dianggap oleh tetangga punya secuil pengalaman yang berbeda sehingga perlu untuk berbagi. Tapi, kukira, itu juga lebih karena karakter tetangga kami di dusun yang lebih toleran, semanak, dan ingin menjaga silaturahmi, sehingga praktik bertetangga menjadi penuh kekeluargaan. Dua tamu ayahku tadi semuanya berusia sekitar 27 tahun dan sudah menikah (muda) dengan masing-masing memiliki dua orang anak (mereka, kelak sama-sama punya 5 orang anak). Mereka hidup dalam belitan ekonomi keluarga yang pas-pasan karena hanya menjadi petani penggarap tanpa memiliki lahan sendiri. Latar pendidikan yang dilakoninya hanya sampai tamat SMP. Tanah warisan sebetulnya punya meski tak seberapa (seperti pengakuan mereka), tapi belum dibagi. Mak...