Posts

Showing posts from August, 2017

Nama

Image
Gadis kecil ini berseliweran di depanku bersama teman-temannya saat aku makan soto di kantor Bentara Budaya Yogyakarta, semalam, 12 Agustus 2017. "Cantik, juga cerdas," batinku. Soto kembali jadi fokus, juga penganan lain, karena aku datang ke Bentara dalam keadaan lapar. Makan tuntas. Lalu aku beringsut ke depan panggung, ngobrol dengan teman-teman. Beberapa puluh menit sebelum pembukaan pameran seni grafis "Re- Public", seseorang melangkah menghampiriku. Ah, teman lama: Wiwit Wijayanti . Dia menggandeng putrinya yang semampai, ya gadis kecil yang tadi seliweran di depanku. Owalaahhh... Tak terasa, ternyata putri Wiwit dan mas Wisnu Martha Adiputra sudah tumbuh besar, jauh melebihi yang kuduga. Aku hanya bisa mengingat, suatu hari di tahun 2004, datang sms dari Wiwit ke hpku yang kurang lebih bilang: "punya ide nggak untuk nama anakku?" "Oke, tunggu ya!" janjiku. Kebetulan waktu itu aku sedang lihat pameran buku di Gedung Wa

Pameran Koleksi Tanda Mata

Image
Dua tahun terakhir, di Galeri Nasional Indonesia (GNI) Jakarta, digelar pameran karya seni koleksi Istana Kepresidenan. Itu menarik, dan perlu diteruskan.  Tahun 2016 lalu, saya punya pengalaman menarik saat berkunjung ke Beijing, China. Di Museum Nasional China yang hanya sekitar 150 meter jaraknya dari lapangan Tiananmen, digelar pameran koleksi tanda mata (gift) dari para pemimpin dunia. Tajuk pameran itu, "The Friendly Exchanges Between The Witness of History". Isinya ratu san benda-benda bernilai seni budaya yang diberikan oleh para pemimpin dari berbagai negara di dunia yang pernah melakukan kunjungan kenegaraan ke China. Dengan ruangan yang sangat luas, melebihi Gedung A GNI, pameran tanda mata tersebut menyita perhatian publik yang berkunjung ke museum. Meski pendisplaian karya-karya tersebut kurang menarik karena terlalu berhimpitan satu sama lain (mungkin karena saking banyaknya karya/benda yang ingin dipamerkan), namun menarik untuk disimak de

Displai

Image
  Menata atau mendisplai lukisan itu tidak mudah. Maka perlu pengalaman, kecakapan bahkan konsep tersendiri. Dari hasil penataan itu akan dimungkinkan terlacak garis pemikiran dari semua karya yang dipamerkan. 17 karya lukis yang terpampang pada sebuah sisi tembok di Museum Historichest, Wina, Austria ini salah satu contohnya. Sekilas, terasa tak nyaman menyimak belasan karya yang "menumpuk" di satu tempat, dengan ukuran yang tidak sama. Tapi kalau dicermati, tetap ada ritme da lam displai itu. Lukisan terbesar di bagian tengah adalah pusat dari ritme tersebut. Ada pola simetris-bilateral pada rangkaian karya di sekitar lukisan besar itu. Artinya, pada bagian kiri seimbang dan sama dengan di bagian kanan--baik jumlah karya dan ukurannya. Maka muncullah harmoni pada dinding tersebut. Tantangan terlihat ketika karya-karya berdampingan bersama pintu dengan lis yang ornamentik, dan dinding tembok yang berwarna cokelat muda. Itu "modal dasar" ya