Posts

Showing posts from December, 2016

Tutup

Toko arloji di ujung jalan protokol kota ini tutup sejak awal bulan. Saya menemui kenyataan ini dua hari lalu saat melintas di jalan protokol itu. Kebetulan pula, siang kemarin saya bertemu dengan pemilik toko tersebut di sebuah kedai kopi.  "Kenapa, pak, toko arloji Anda tutup? Bukankah itu sangat menghidupi dan teramat bersejarah bagi keluarga Anda?" tanya saya penasaran. "Ya. Kami pun menutup toko itu dengan air mata". "Oh, saya turut berduka," kata saya sembari menunduk. "Dan Anda bersikeras untuk menutupnya?" "Bung, saya sudah kehilangan rasa percaya pada arloji, sang penunjuk waktu itu. Saya sering menatap waktu yang tertera pada arloji dan meyakini bahwa yang ditunjuknya adalah waktu yang sekarang. Waktu kini. Tapi itu sangat meragukan karena di sekitarnya banyak saya lihat orang yang masih menyimpan pikiran-pikiran 500 tahun lalu. Saya kira arloji menunjuk hari ini, tapi banyak tindakan yang dilakukan persis serup

Mobocracy

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) online sudah ada lema "mobokrasi" yang artinya "pemerintahan yang dipegang dan dipimpin oleh rakyat jelata yang tidak tahu seluk-beluk pemerintahan". Pengertian ini lebih sarkastik dibanding yang ada dalam situs asing, www.dictionary.com yang mengartikan mobocracy sebagai (1) political control by a mob, dan (2) the mob as a ruling class.   Berabad-abad lalu filsuf Aristoteles sudah menengarai gejala mobocracy sebagai sebuah keadaan ketika hukum ditentukan oleh kerumunan massa. Di situ, hukum mudah ditaklukan oleh tekanan massa, yang mendorong situasi buruk dan rentan anarkisme. Mobocracy atau mobokrasi itu kemudian dibenahi dengan tatanan dan sistem yang lebih baik bernama demokrasi. Bukan sebaliknya.

Rismanto (Semoga) Tak Berhenti Lama…

Image
"Perjalanan Malam" , 2015, 150 x 250 cm, cat minyak di atas kanvas, karya Rismanto. Oleh Kuss Indarto (Catatan ini dimuat dalam buku Pameran Tunggal Rismanto: "Awas Spoor", Taman Budaya Yogyakarta, 3-12 Desember 2016)   Naik kereta api tut... tut... tut... Siapa hendak turut? Ke Bandung, Surabaya… Bolehlah naik dengan percuma Ayo, kawanku lekas naik Kretaku tak berhenti lama Lagu anak-anak judul “Kereta Apiku” atau “Naik Kereta Api” diperkirakan pertama kali dipopulerkan oleh RRI (Radio Republik Indonesia) pada awal dasawarsa 1960-an. Kini, puluhan tahun kemudian, lagu ciptaan Saridjah Niung Bintang Soedibio atau yang lebih karib dipanggil sebagai ibu Soed tersebut telah menjadi salah satu lagu anak-anak yang legendaris di Indonesia. Ada nuansa kegembiraan dalam lagu tersebut. Dan kalau digali lebih jauh pada bait pertama lirik lagu ini mengisyaratkan sebuah ungkapan akan harapan dan cita-cita anak-anak Indonesia atas transporta