Embuh. Entah.
Kabar tentang tutupnya majalah remaja Hai, bagi saya, cukup mengharukan—meski kemudian harus dipupus dengan permakluman bahwa fakta ini adalah bagian kecil dari keniscayaan. Zaman telah bergerak, gadget telah menyita begitu banyak prosentase perhatian sekian miliar manusia planet tua ini. Dan buku, majalah, Koran serta sekian banyak bahan bacaan fisik yang tercetak di atas kertas telah terasa lampau, dan lalu secara pelahan ditinggalkan. Majalah Hai, meski di bawah grup penerbitan terbesar di Indonesia, yakni Kelompok Kompas Gramedia, toh tak bisa beringsut menghindari vonis kematiannya. Tiras yang menurun tajam seiring dengan bergesernya pola konsumsi informasi masyarakat dari tradisi cetak menuju tradisi digital, semakin tak terelakkan. Realitas ini menambah deret panjang terempasnya media cetak oleh gelombang tsunami internet dan media digital yang tak bisa dielakkan. Di internal Gramedia sendiri naga-naganya ada penyusutan daya serap konsumen yang makin teras...