Nama


Gadis kecil ini berseliweran di depanku bersama teman-temannya saat aku makan soto di kantor Bentara Budaya Yogyakarta, semalam, 12 Agustus 2017. "Cantik, juga cerdas," batinku. Soto kembali jadi fokus, juga penganan lain, karena aku datang ke Bentara dalam keadaan lapar.

Makan tuntas. Lalu aku beringsut ke depan panggung, ngobrol dengan teman-teman. Beberapa puluh menit sebelum pembukaan pameran seni grafis "Re-Public", seseorang melangkah menghampiriku. Ah, teman lama: Wiwit Wijayanti. Dia menggandeng putrinya yang semampai, ya gadis kecil yang tadi seliweran di depanku. Owalaahhh...

Tak terasa, ternyata putri Wiwit dan mas Wisnu Martha Adiputra sudah tumbuh besar, jauh melebihi yang kuduga. Aku hanya bisa mengingat, suatu hari di tahun 2004, datang sms dari Wiwit ke hpku yang kurang lebih bilang: "punya ide nggak untuk nama anakku?"

"Oke, tunggu ya!" janjiku. Kebetulan waktu itu aku sedang lihat pameran buku di Gedung Wanitatama, Yogya. Maka, kuubek-ubeklah semua ruang pameran untuk mencari buku yang sekiranya tepat untuk menemu kata, untuk sebuah nama. Setelah puluhan menit, mungkin malah hingga berjam-jam, sebuah kata indah kujumput, dan ku-sms-kan ke Wiwit. "Ardhanamesvari. Putri yang kelak akan menurunkan raja, atau orang-orang terhormat."

Kini kata itu telah menempel menjadi identitas gadis kecil--yang semalam berseliweran di depanku bersama teman-temannya saat aku makan soto Bentara Budaya Yogyakarta. Vari, nama karibnya. Cepat besar, tambah cerdas, dan selalu menebar kebaikan ya, Vari.

Oya, waktu ngubek-ubek mencari kata "Ardhanawesvari" itu, aku keluar-masuk gedung Shinta dan Arimbi di kompleks Gedung Wanitatama. Kelak, beberapa tahun kemudian, anak keduaku aku beri nama depan: Arimbi.

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?