Displai


 
Menata atau mendisplai lukisan itu tidak mudah. Maka perlu pengalaman, kecakapan bahkan konsep tersendiri. Dari hasil penataan itu akan dimungkinkan terlacak garis pemikiran dari semua karya yang dipamerkan.

17 karya lukis yang terpampang pada sebuah sisi tembok di Museum Historichest, Wina, Austria ini salah satu contohnya. Sekilas, terasa tak nyaman menyimak belasan karya yang "menumpuk" di satu tempat, dengan ukuran yang tidak sama.

Tapi kalau dicermati, tetap ada ritme dalam displai itu. Lukisan terbesar di bagian tengah adalah pusat dari ritme tersebut. Ada pola simetris-bilateral pada rangkaian karya di sekitar lukisan besar itu. Artinya, pada bagian kiri seimbang dan sama dengan di bagian kanan--baik jumlah karya dan ukurannya. Maka muncullah harmoni pada dinding tersebut.


Tantangan terlihat ketika karya-karya berdampingan bersama pintu dengan lis yang ornamentik, dan dinding tembok yang berwarna cokelat muda. Itu "modal dasar" yang tak bisa ditawar karena ruang itu memang bagian dari museum yang menyimpan karya berkarakter modernisme.


Ritme penataan lukisan itu adalah salah satu alternatif solusi. Apalagi stok karya di museum tua ini melimpah, maka sebisa mungkin memamerkan banyak(-banyak) karya.


Untuk konteks pameran seni rupa kontemporer, pola ini belum tentu tepat. Akan banyak karya dengan kedalaman makna, "tersembunyi" karena "tertumpuk" dalam kumpulan karya. Tapi, ya, seni pun penuh relativitas. Pola displai ini pun bisa diterapkan untuk situasi tertentu. Tergantung kondisi, juga konsep pameran itu sendiri. Seni itu relatif, bukan matematika.

 

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?