Citra Khatulistiwa
Oleh Kuss Indarto /1/ DARI sebuah buku lama yang terbit tahun 1949 dengan tajuk “Ragam-ragam Perhiasan Indonesia” , penulisnya, A.N.J. Th. A Th. Van der Hoop mengumpulkan ratusan ilustrasi dan foto tentang berbagai ragam hias yang telah hidup (dan masih dihidupi) selama berabad-abad di berbagai kawasan di Nusantara. Buku yang ditulis dalam 3 bahasa itu (Belanda-Melayu-Inggris), di halaman 274, antara lain tercatat bahwa: “Beberapa suku-suku orang Dajak pertjaja pada dewa benua atas, dilambangkan dengan burung enggang dan dewa bawah, dilambangkan dengan ular air. Diatas kedua dewata ini berdirilah satu ketuhanan, jang meliputi benua atas dan benua bawah, dilambangkan dengan pohon hajat. Inilah lambang keesaan tertinggi, djumlah-kesatuan (totaliteit) yang dapat disamakan dengan “Brahman” dalam agama Hindu dan dengan “Tao” dalam filsafat Tionghoa. Pohon hajat adalah sumber semua hidup, kekajaan dan kemakmuran dan oleh karena itu sering dihiasi dengan permata, kain-kain dan sebagai