Kota, Ruang, dan Landasannya
Potongan pemandangan kota Dubai. Oleh Kuss Indarto PADA bulan Juli 2008 lalu, dalam kongres IUA (International Union of Architects) yang berlangsung di kota Torino, Italia, seorang arsitek berkelas internasional, Peter Eisenman memberikan sebuah ceramah yang mengesankan. Dari pemaparan panjang itu—seperti yang bisa dikutip dari buku “Mengubah Dunia Bareng-bareng” (2015) yang ditulis oleh Ridwan Kamil (walikota Bandung) dan Irfan Amalee—ada setidaknya 6 (enam) poin penting yang berkaitan dengan problem arsitektur kontemporer. Pertama , kita diingatkan bahwa dunia sedang dalam krisis diskursus arsitektur. Eisenman menyebut bahwa “saat ini kita berada dalam dasawarsa yang tidak menawarkan nilai baru”. Yang ada hanyalah lateness atau kebaruan demi kebaruan geometri arsitektur yang berubah secara periodik, baik tahunan, bulanan, atau mingguan. Tak ada kegairahan pada perdebatan arsitektur dunia, seperti halnya ketika arsitektur modern bergeser ke post-modern , atau