Menanti Taksu pada karya Leksono
Bebotoh Bali II, oil on canvas, 70 x 93 cm, 2012 EKSOTISME budaya Bali telah menjadi pokok bahasan utama bagi sekian banyak seniman, terutama seni rupa, entah yang datang dari mancanegara maupun Indonesia sendiri. Publik bisa menyimak deretan para perupa mancanegara yang karya-karyanya kita mengisi celah sejarah seni rupa Indonesia, seperti Arie Smit, Theo Meier, Willem Gerard Hofker, Paul Nagano, Rudolf Bonnet, Rearngsak, dan sekian banyak nama lain. Pun dengan para perupa Indonesia (selain dari Bali sendiri) yang karya-karyanya banyak atau sempat bertema utama tentang Bali, semisal Dullah, Fadjar Sidik, Affandi, dan masih segudang nama besar lain, baik yang kemudian membubung tinggi namanya sebagai seniman besar dan masuk dalam konstelasi wacana seni rupa Indonesia, maupun lepas dari perbincangan sejarah karena pencapaian karyanya dianggap kurang memadai untuk mengisi kepentingan tersebut. Leksono—sosok asal Cilacap yang sejak kecil terobsesi menjadi seniman—adalah salah sa