Pameran Energi 3
(Tulisan ini telah dimuat di harian Jurnal Nasional, 11 Apr 2010)
Ada tiga orang seniman terlibat dalam pameran Energi 3 di Balai Budaya Jakarta -dibuka Sabtu (27/3) lalu. Tiga perupa ini; Priyaris Munandar, Agus YK Priyono, dan Dedeo Wahyu Widayat, berkolaborasi justru dengan modal perbedaan, bukan oleh persamaan.
Gejala tersebut, menurut kurator pameran Kuss Indarto, kentara dari visualitas pada tiap kanvas trio ini. Agus YK Priyono, Priyaris Munandar, dan Dedeo Wahyu Widayat, masing-masing mengemukakan minat, karakter, dan kecenderungan visual yang berbeda. Semuanya punya bekal dan "tradisi" kreatif yang relatif berlainan satu sama lain.
Dalam perhelatan pameran seni rupa seperti yang tengah berkembang dewasa ini, "agenda keseragaman dan penyeragaman" seolah justru menjadi titik tumpu untuk mempertautkan sebuah pameran kolektif. Apalagi dalam perkembangan paling mutakhir ketika tema kuratorial menjadi titik acu bagi seniman dalam sebuah pameran.
Namun akan bisa dibedakan antara materi karya-karya pameran yang fokus membidik tema, dan dengan pameran yang karya-karyanya "sekadar" mengelola keseragaman. Upaya penyangkalan terhadap pola penyeragaman ini tampak kuat menyertai dan menjadi semangat awal pameran Energi 3 oleh ketiga perupa Yogyakarta ini.
Dalam catatan kurasi yang menyertai pameran Energi 3, dituliskan bahwa Priyaris Munandar, dalam pameran kali ini, sedikit banyak telah masuk dalam "pola keteraturan" yang cukup terjaga ketimbang pada periode sebelumnya yang banyak memasukkan unsur coreng-moreng (scratch) dan ketakteraturan.
Sementara pada karya lukis Agus YK Priyono, tampak ada upaya untuk sedikit memberi pergeseran visual. Pada dasarnya, seniman ini telah memiliki jalur yang telah kuat dan mapan di jagat seni lukis bercorak lansekap. Lukisan pohon dengan jalinan dedaunan yang tertata rapi dan bercitra eksotik telah menjadi pilihan gaya lukisan Agus selama bertahun-tahun. Namun inilah tantangan yang segera mengadang Agus: akan stagnan dalam kemapanan tersebut, atau mencoba mengeser penggayaan dan corak lukisannya dengan memasukkan pula sistem pewacanaan di dalamnya.
Pada seniman ketiga, Dedeo, tampak juga upayanya mendinamisasi gerak kreatif. Pokok soal (subject matter) tentang otomotif menjadi alternatif atas geliat kreativitasnya sekarang ini. Mencoba menggali aspek yang belum banyak diungkap oleh seniman lain. Yaitu mencoba menguak mesin dari otomotif itu, mengurai satu demi satu, meski tidak cukup detail, untuk dikaitkan dengan imajinasinya mengenai benda-benda yang ada dalam mesin otomotif. ***