Nyali
ANAK muda yang masih terlihat culun itu--mungkin sekitar 17-19 tahun--tampak menghampiriku untuk meminta bantuan. Hanya satu kata yang kupahami darinya: "Guangzhou". Ya, itu nama kota di daratan China. Selebihnya, dia mencoba berkomunikasi dengan bahasa Mandarin, Hoakiau, atau apalah aku tak tahu. Kutanya dalam bahasa Inggris, namun dia tak paham sama sekali. Tak secuil pun.
Secarik kertas disodorkannya, berupa tanda booking tiket pesawat yang harus ditukarkannya di loket. Dan untuk urusan itu pun dia tak tahu harus bagaimana. Di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang luas dan megah itu, anak muda tersebut kubimbing ke loket untuk menukarkan tiket. Tentu dengan bahasa tarzan. Akhirnya kami berpisah ketika dia mendapatkan tiket dan dibimbing oleh petugas yang sebahasa dengannya.
Bagiku, ada yang "ajaib" dengan anak muda itu: (1) dia berani bepergian
ribuan kilometer dari daerahnya tanpa kemampuan bahasa internasional
sedikit pun, dan (2) dia terlihat disiplin karena--setelah aku cek di
tiketnya--dia telah tiba sekitar 3 jam sebelum jadwal terbang.
Selalu ada jalan lempang untuk niat yang lapang. Anak muda "bingung" itu telah memberiku pelajaran penting tentang nyali. ***
Selalu ada jalan lempang untuk niat yang lapang. Anak muda "bingung" itu telah memberiku pelajaran penting tentang nyali. ***