Posts

Arke-Signs: Membangun Perubahan

Image
Catatan di bawah ini merupakan kuratorial dari pameran Arke-Sign yang berlangsung 14 Februari - 9 Maret 2009 dengan seniman Herman Lekstiawan, Katirin, dan Ridi Winarno. Gambar di atas karya Herman, Construction of Unity 1 , 2008, yang juga dipajang dalam pameran) Oleh Kuss Indarto /1/ Ya, perubahan. Selalu saja pergeseran atau perubahan visual dalam praktik kreatif para perupa akan terus terjadi. Demi dalih dan kepentingan apapun, di manapun dan dalam level apapun. Seorang Vincent van Gogh, misalnya, begitu kentara perubahan ekspresi karya di kanvasnya seusai dia menangguk pengalaman di Jepang. Maka karyanya pun, yang antara lain berpuncak pada lukisan "The Starry Night" (dibuat di kota Arles, tahun 1889) begitu membekas keterpengaruhannya terhadap karya-karya seni grafis ( printmaking, ukiyo-e ) ala Jepang. Begitupun dengan karya-karya "raksasa" dari Malaga, Spanyol, Pablo Piccasso yang sudah jamak diketahui publik bahwa medan ekspresi di kanvasnya banyak berubah ...

Sumringahnya Bisnis Lukisan

Image
(Naskah ini diambil dari Majalah SWA , edisi Kamis, 13 November 2008. Foto di atas adalah karya Herman Lekstiawan, Tentang Hasrat (150x120 cm), 2008) Oleh Yuyun Manopol, Herning Banirestu dan Gigin W. Utomo (Biro Yogyakarta) BISNIS lukisan kian marak di Tanah Air. Banyak rumah lelang yang memburu lukisan langsung ke seniman secara door-to-door . Saking kerasnya, lukisan baru rampung sudah ditunggu pembelinya. Siapa pelukis termahal dan kolektor paling heboh saat ini? Main games jadi bagian dari keseharian I Nyoman Masriadi belakangan ini. Maklum, pelukis asal Yogya ini sekarang menjadi OKB alias orang kaya baru. Sejak harga lukisannya menembus angka Rp 10 miliar dalam sebuah pameran tunggal di Singapura beberapa waktu lalu, namanya kian beken. Sayang, lukisan itu bukan miliknya lagi, melainkan seorang kolektor yang menjualnya kembali. Toh, dampaknya luar biasa. Setelah kejadian itu, ia berhasil menjual lukisannya yang berjudul Aku Dapat seharga Rp 1,8 miliar kepada peb...

Trap[esium]: Upaya Membangun Isu

Image
(Foto bareng setelah pembukaan pameran Trap[esium] di Edwin Galerry, 15 Januari 2009. Dari kiri: mas Agus "Oon" Dwisulistyono, Erianto ME, mas Suwarno Wisetrotomo, pak Edwin Rahardjo, papan tulis, Romi Armon, Albara, (?), Kuss Indarto, Roberta Wachjo, Alvin Tjitrowirjo. Tulisan di bawah ini telah dimuat dalam katalog pameran tersebut) Oleh Kuss Indarto TANAH yang membasah tampak tersisa tatkala pesawat Boeing milik Garuda Indonesia yang saya tumpangi landing di bandara Tabing di pinggiran kota Padang. Atap bagonjong khas Minangkabau pada bangunan bandara bagai ramah menyambut. Wah, Ranah Minang telah menyediakan panorama alam nan amboi! Bandara itu begitu mungil dan dikepung permukiman padat, sebelum dipindahkan tahun 2005 di bandara yang baru dan megah di bibir pantai yang berhimpit dengan Samudera Hindia, di kabupaten Pariaman. Kala itu, pertengahan Januari 2002, tujuh tahun lampau, saya berkesempatan untuk memulai melakukan survei seni rupa di Ranah Minangkabau. Yayasan S...

Kurator Bukan Diktator Estetika

Image
(Teks di bawah ini dikutip dari Majalah Seni ARTI , edisi No. 11, Januari 2009, halaman 26-31. Foto di atas adalah salah satu karya out door di Shanghai Biennale 2008) HUKUM yang selalu berjalan sejak jaman Nabi Nuh hingga sekarang adalah supply and demand : permintaan dan penawaran, dengan pasal lanjutan: Bila permintaan meningkat, harga akan melonjak. Lalu kami tambahkan: Bila permintaan berjubal dan harga membumbung, muncullah para epigonistik dan spekulan. Demikianlah, pada ranah seni rupa, telah bermunculan para epigon dan spekulan karena jagad seni rupa sering kali secara mengejutkan dan tanpa bisa diprediksi sebelumnya, mengalami permintaan yang tiba-tiba melonjak. Lukisan mengalami booming , sejenak sunyi, kemudian booming lagi. Kurator, yang stakat ini menjadi institusi formal sangat dibituhkan pada sebuah penyelenggaraan pameran dengan beragam alasan, tentu mendapatkan permintaan yang turut melonjak pula. Pergutuan tinggi seni tidak peka terhadap kondisi ini, hingga sampai ...

Cercah Religiusitas Ala Tommy Tanggara

Image
(Catatan ini untuk mengiringi pameran tunggal Tommy Tanggara, The Covenant of Love , yang berlangsung di CG Artspace, Plaza Indonesia, Jakarta, 6-14 Desember 2008. Pameran ini menarik karena selain karya-karya Tommy khas, juga sebagian dari hasil penjualan karya ini didonasikan untuk Panti Asuhan Bunda Karmel, Jakarta. Dua karya di atas masing-masing bertajuk Strech Your Faith, You Can Walk on Water , dan Last Supper I ) [Pertama]: estetika di luar mainstream ? Estetika berbasis religiusitas sepertinya adalah obyek yang sangat jarang dikerjakan oleh sejumlah perupa. Hal ini bisa dibuktikan dengan membuka secara komprehensif khazanah perkembangan dunia seni rupa Indonesia dari berbagai mazhab, mulai dari realisme, surealisme, kubisme, abstrak, atau yang lainnya. Memang, di dalam perkembangan estetika dunia seni rupa tersebut sempat muncul adanya fenomena kaligrafi yang kemudian dianggap sebagai pelarian untuk "menyelamatkan" estetika yang berciri religius. Seolah-olah pengerti...

Neng-Nang

Image
(Catatan ini termuat dalam katalog pameran tunggal Budi Yonaf, Neng-Nang , 2-9 Desember 2008, di Bentara Budaya Yogyakarta) Oleh Kuss Indarto Jagad seni rupa, tak ayal lagi, seperti jagad mode. Dan memang, seni rupa adalah juga mode itu sendiri. Selalu saja ada siklus untuk menampilkan hal yang penuh kebaruan sebagai tuntutan serta standar utama yang tak terelakkan. Seperti yang sempat merebak (kurang lebih) dalam lima tahun terakhir setelah beberapa galeri di Indonesia memberi ruang gerak yang besar bagi seniman China untuk mengeksposisikan karyanya di sini. Mulai dari Yue Minjun, Fang Lijun, Zhou Chunya, Wang Guangyi, dan lainnya. Seperti ada gaya-ucap utama beserta arus kuat yang menyelinap dengan deras pada sebagian bentang kanvas para perupa di Indonesia. Setidaknya ini bisa terlacak dalam berbagai perhelatan pameran dan terpacak pada beragam buku lelang seni rupa yang kinclong dengan ketebalannya yang melebihi buku telepon kota Jakarta. Publik dengan mudah bisa melihat gelagat y...

Akal Budi dan Tawaran Sugesti Budi

Image
Ditulis dari hasil interviu oleh Kuss Indarto dan Satmoko Budi Santoso. Naskah ini dimuat dalam katalog pameran tunggal Budi Yonaf, Neng-Nang , di Bentara Budaya Yogyakarta, 2-9 Desember 2008 JALAN kreativitas adalah jalan seribu cara. Hal ini secara tegas ditunjukkan oleh perupa Budi Yonaf yang karya-karyanya terhitung “baru menggeliat” di percaturan dunia seni rupa Indonesia. Namun, kita tahu, sesungguhnya, “karya besar” maupun “karya kecil” adalah sama saja nilainya, yakni sama-sama memberikan alternatif pencerahan tertentu melalui keberadaan masing-masing. Tentu saja, karena alasan tersebut maka menjadikannya tidak dapat dipandang sepele. “Semua layak dicatat, semua layak dapat tempat!” begitu kurang lebih bunyi syair puisi milik penyair Chairil Anwar yang dapat kita gunakan dalam mendudukkan penghargaan terhadap karya seni. Dalam momentum pameran Budi Yonaf kali ini, setidaknya kita memang dapat melihat seberapa jauh proses kreatif yang begitu sublim dilakoni Budi Yonaf. Jelas, h...