Pameran Seni Rupa MANIFESTO



(Ini patung karya Nyoman Nuarta, Durjana, yang bertinggi kira-kira 3,5 m, dan sengaja ditempatkan di bawah kanopi depan Gedung A Galeri Nasional, Gambir, Jakarta. lanskap di atas kupotret Kamis malam, 15 Mei 2008, kira-kira pukul 23.00 WIB. Ada sekitar 350 seniman peserta yang masing-masing mengikutkan satu karya, yang terlibat dalam Pameran Besar seni Rupa Indonesia 2008: MANIFESTO)

MANIFESTO

PAMERAN BESAR SENI RUPA INDONESIA 2008
(kurator: Jim Supangkat, Rizki A. Zaelani, Kuss Indarto, Farah Wardani)

Galeri Nasional Indonesia
22 Mei – 15 Juni 2008

Terbuka untuk Umum
Setiap hari pukul 10.00 – 20.00 WIB

Dilaksanakan dalam kerangka:
-World Cultural Forum – Indonesia
-Visit Indonesia Year 2008

Peresmian Pameran:
Rabu, 21 Mei 2008 / Pukul: 19.30 WIB – selesai
Oleh: Bpk. Ir. Jero Wacik, SE
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI

Menyertai peresmian pameran, akan dilangsungkan acara:
Peresmian Patung Publik Galeri Nasional Indonesia
[Hasil Lomba Rancang Patung Ruang Terbuka GNI tahun 2006]

Peluncuran Buku"DEPICTING HISTORY OF INDONESIA IN TRANSITION:
Selected Masterpieces from The Indonesia National Gallery"
Ditulis oleh Amir Sidharta

Acara Publik:
SEMINAR "Menimbang Kembali 'Seni'
"Kamis, 22 Mei 2008/ Pukul: 09.00 – 17.00 WIB
R. Seminar Galeri Nasional Indonesia (Terbuka untuk umum)

Seminar akan diresmikan oleh:
Bpk. Drs. Tjetjep Suparman, Msi
Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film - DEPBUDPAR

Pembicara:
Jim Supangkat,
Radhar Panca Dahana,
John McGlyn,
I Bambang Sugiharto,
ST Sunardi,
Agus Burhan

Moderator:
Afrizal Malna,
Rizki A. Zaelani

Detil acara ini bisa disimak di:http://www.manifesto2008.info/

Comments

Anonymous said…
was bapak kuss beneeer-beneeer haebat?
kuss indarto said…
makasih, bapak Sandy, sudah mampir dan kasih comment. Salam!
Anonymous said…
kuss, sbg momen reunian merupakan awal yg bagus....
mudah2an ke depan pameran sbg media pembelajaran masyarakat (luas) merupakan orientasi wajib...
karena sayang banget jika daya apresiasi seni masyarakat minim dan akibat logisnya pameran karya seni cenderung ber'konotasi' mahal, ekslusif, 'tinggi' -
citra karya seni yg seimbang mudah2an berproses positif - antara sebagai media pembelajaran estetika yg hakiki dengan sebagai komoditi yg tidak lepas dari kemampuan profesional seniman pembuatnya
Amin

btw, sukses terus ya buat 'jalan' nya...
kuss indarto said…
Bener, Yol...
Kita pengin selalu bikin pameran yang tidak asing bagi lingkungan, inklusif, dan populis. apalagi untuk konteks sekarang, kita ingin pameran yang tidak hanya bertendensi "to sell" aja tapi juga "to tell" biar memberi pengayaan batin bagi publik. Btw, txs comment-nya...

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?