Susi Menikmati Seni
Tampak Menteri Susi Pudjiastuti bergoyang bersama Romo Dr. Sindhunata dan penonton lain di halaman Bentara Budaya Yogyakarta, Kotabaru, Yogyakarta, Rabu, 9 September 2015. (foto: PFI Yogyakarta)
Sosok Susi Pudjiastuti tampaknya butuh improvisasi dalam hidup. Apalagi pada 12 bulan terakhir ketika "tiba-tiba" menjadi pejabat tinggi. Jadi menteri lagi! Nyaman sekali tampaknya ketika semalam pengusaha ini menyambangi Bentara Budaya Yogyakarta, di jalan Suroto 2, Kotabaru, Yogyakarta. Hadir bersama rombongan kecil sekitar pukul 19.00 wib, dan baru pulang empat jam berikutnya, pukul 23.00 wib.
Dua mangkok bakso permintaannya tandas disantapnya. Juga teh panas dan air putih. Tapi tampaknya Bu Susi menahan diri untuk tidak merokok, daripada esok harinya para hater punya bahan untuk nyampah dan nyumpah di medsos. Dia maju di depan tetamu, setidaknya 5 kali, untuk menyampaikan sambutan, menerima hadiah lukisan dari perupa Nasirun, mengucapkan tabik hormat untuk para pemain ludruk, memenuhi ajakan untuk berfoto bersama, dan menari. (Tarik, maaanngg...)
Pejabat sekelas menteri "nongkrong" hingga 4 jam di sebuah venue seni, ngapain aja? Wong walikota Yogyakarta saja belum pernah--bahkan undangan untuk membuka pameran pun sering tak dipenuhinya. Ya, menteri Susi sengaja datang Jogja memenuhi undangan PFI (pewarta Foto Indonesia) Yogyakarta untuk menutup secara resmi pameran foto bertema "Nusa Bahari", nonton ludruk berlakon "Susi Duyung", mendengarkan musik rock'n roll, yang sepanjang semua pertunjukan itu berbonus ocehan para penonton. Ini bukan venue seni yang "tertib", sehingga celometan atau olok-olok para penonton (yang sebagian adalah seniman) mewarnai pertunjukan. Susi sesekali tertawa lepas karena keriuhan celometan para penonton yang jauh dari tertib itu. Dia bersama sahabat masa studi di SMA, Prof. Dr. Dwi Korita (Rektor UGM), tergoda menengok ke arah suara celometan yang datang dari seantero arah.
Ketika ada adegan pertarungan dari tokoh antagonis dan protagonis di panggung ludruk, misalnya, penonton berseru: "Dibom saja, bu Susi! Bom aja!" Atau ketika ada pemain perempuan yang cukup bahenol tengah akting dan dengan sigap seniman Djaduk Ferianto mendekati pemain itu untuk memotret dengan kameran hapenya, teriakan pun terlontar: "Wah, Djaduk orgasme!"
Lakon "Susi Duyung" sendiri narasinya dikreasi oleh budayawan Romo Dr. Sindhunata SJ, dan telah dipentaskan sebelumnya. Kala itu Susi sudah berusaha untuk memenuhi undangan pentas tersebut namun gagal karena kesibukannya sebagai menteri. Dan malam tadi adalah upayanya untuk "menebus" janji menyaksikan lakon tersebut.
Menteri perempuan yang bertato dan perokok namun menjadi bintang terang dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK ini seperti tidak sedang dikejar oleh banyak pekerjaan yang menumpuk di sekitarnya. Santai, seperti apa yang diucapkannya dalam sambutan, Bu Susi tampaknya ingin "menikmati level hidup ketika seni bisa mendamaikan dan membuat adem jiwa". Selamat datang dalam keriuhan dunia seni yang mengaayikan, Bu Susi. Tulari teman-teman di sekitar ibu, ya. ***
Sosok Susi Pudjiastuti tampaknya butuh improvisasi dalam hidup. Apalagi pada 12 bulan terakhir ketika "tiba-tiba" menjadi pejabat tinggi. Jadi menteri lagi! Nyaman sekali tampaknya ketika semalam pengusaha ini menyambangi Bentara Budaya Yogyakarta, di jalan Suroto 2, Kotabaru, Yogyakarta. Hadir bersama rombongan kecil sekitar pukul 19.00 wib, dan baru pulang empat jam berikutnya, pukul 23.00 wib.
Dua mangkok bakso permintaannya tandas disantapnya. Juga teh panas dan air putih. Tapi tampaknya Bu Susi menahan diri untuk tidak merokok, daripada esok harinya para hater punya bahan untuk nyampah dan nyumpah di medsos. Dia maju di depan tetamu, setidaknya 5 kali, untuk menyampaikan sambutan, menerima hadiah lukisan dari perupa Nasirun, mengucapkan tabik hormat untuk para pemain ludruk, memenuhi ajakan untuk berfoto bersama, dan menari. (Tarik, maaanngg...)
Pejabat sekelas menteri "nongkrong" hingga 4 jam di sebuah venue seni, ngapain aja? Wong walikota Yogyakarta saja belum pernah--bahkan undangan untuk membuka pameran pun sering tak dipenuhinya. Ya, menteri Susi sengaja datang Jogja memenuhi undangan PFI (pewarta Foto Indonesia) Yogyakarta untuk menutup secara resmi pameran foto bertema "Nusa Bahari", nonton ludruk berlakon "Susi Duyung", mendengarkan musik rock'n roll, yang sepanjang semua pertunjukan itu berbonus ocehan para penonton. Ini bukan venue seni yang "tertib", sehingga celometan atau olok-olok para penonton (yang sebagian adalah seniman) mewarnai pertunjukan. Susi sesekali tertawa lepas karena keriuhan celometan para penonton yang jauh dari tertib itu. Dia bersama sahabat masa studi di SMA, Prof. Dr. Dwi Korita (Rektor UGM), tergoda menengok ke arah suara celometan yang datang dari seantero arah.
Ketika ada adegan pertarungan dari tokoh antagonis dan protagonis di panggung ludruk, misalnya, penonton berseru: "Dibom saja, bu Susi! Bom aja!" Atau ketika ada pemain perempuan yang cukup bahenol tengah akting dan dengan sigap seniman Djaduk Ferianto mendekati pemain itu untuk memotret dengan kameran hapenya, teriakan pun terlontar: "Wah, Djaduk orgasme!"
Lakon "Susi Duyung" sendiri narasinya dikreasi oleh budayawan Romo Dr. Sindhunata SJ, dan telah dipentaskan sebelumnya. Kala itu Susi sudah berusaha untuk memenuhi undangan pentas tersebut namun gagal karena kesibukannya sebagai menteri. Dan malam tadi adalah upayanya untuk "menebus" janji menyaksikan lakon tersebut.
Menteri perempuan yang bertato dan perokok namun menjadi bintang terang dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK ini seperti tidak sedang dikejar oleh banyak pekerjaan yang menumpuk di sekitarnya. Santai, seperti apa yang diucapkannya dalam sambutan, Bu Susi tampaknya ingin "menikmati level hidup ketika seni bisa mendamaikan dan membuat adem jiwa". Selamat datang dalam keriuhan dunia seni yang mengaayikan, Bu Susi. Tulari teman-teman di sekitar ibu, ya. ***