Pulanglah Bersama Kebaikanmu, Edo!
Foto: Ibunda dan istri (kiri) dan putri tunggal Edo (bertopi) di depan pusara. Pada sepotong senja, mungkin tahun 2002 lalu, saya membonceng Edo sembari membawa lukisan seorang teman. Lukisan yang cukup besar itu rencananya akan dipamerkan di ruang seni yang kami bangun dan kelola, JFAC (Jogja Fine Art Community) namanya. Begitu kendaraan sampai di depan pintu gerbang halaman JFAC yang sedikit terbuka, saya langsung melompat dari sepeda motor, dan tergopoh-gopoh membawa lukisan ke dalam ruangan. Lampu saya nyalakan semua. Lukisan yang terkemas rapi kubuka pelan-pelan. Kemudian kusandarkan ke tembok. Ada persoalan yang harus kudiskusikan dengan Edo soal teknis pemajangannya. Tapi, lho, Edo kemana? Setelah berboncengan, kok dia tidak segera memasukkan sepeda motor ke halaman? Atau cari makanan? Kutunggu bermenit-menit, tapi belum muncul dia. Saya mandi dan mengerjakan yang lain sambil menggerutu sendirian karena ulah Edo yang tiba-tiba ngilang. Saya telpon tapi tidak diangkat. Setelah h