Pulanglah Bersama Kebaikanmu, Edo!

Foto: Ibunda dan istri (kiri) dan putri tunggal Edo (bertopi) di depan pusara.

Pada sepotong senja, mungkin tahun 2002 lalu, saya membonceng Edo sembari membawa lukisan seorang teman. Lukisan yang cukup besar itu rencananya akan dipamerkan di ruang seni yang kami bangun dan kelola, JFAC (Jogja Fine Art Community) namanya.
Begitu kendaraan sampai di depan pintu gerbang halaman JFAC yang sedikit terbuka, saya langsung melompat dari sepeda motor, dan tergopoh-gopoh membawa lukisan ke dalam ruangan. Lampu saya nyalakan semua. Lukisan yang terkemas rapi kubuka pelan-pelan. Kemudian kusandarkan ke tembok.
Ada persoalan yang harus kudiskusikan dengan Edo soal teknis pemajangannya. Tapi, lho, Edo kemana? Setelah berboncengan, kok dia tidak segera memasukkan sepeda motor ke halaman? Atau cari makanan?
Kutunggu bermenit-menit, tapi belum muncul dia. Saya mandi dan mengerjakan yang lain sambil menggerutu sendirian karena ulah Edo yang tiba-tiba ngilang. Saya telpon tapi tidak diangkat.
Setelah hampir sejam barulah dia datang. Wajahnya agak kusam. "Ah, kamu, Do. Kenapa langsung ngilang?" sergahku.
Dia langsung bercerita cukup runtut. Katanya, beberapa puluh detik setelah saya masuk ke dalam JFAC, ada seorang bapak tua melintas dengan menuntun sepeda onthel. Kakinya agak gontai ketika melangkah. Edo langsung bertanya ke bapak itu, kenapa sepedanya dituntun, tidak dinaiki. Apa gembos bannya?
Bapak itu, cerita Edo, mengeluhkan kakinya yang sakit sekali. Sulit untuk menggenjot sepeda. Dia tak kuat dan takut akan terjatuh lagi seperti sebelumnya.
Dengan sigap Edo mengambil keputusan untuk mengantarkan si bapak pulang ke rumahnya di daerah Jalan Godean. JFAC sendiri berada di daerah Tegalrejo. Beberapa kilometer jaraknya.
Dengan pelahan Edo mengantar. Tangan kanan memegang stang sekaligus gas motor, dan tangan kiri memegang stang sepeda onthel milik bapak. Tentu bukan perkara mudah karena dia harus menjaga keseimbangan sepeda dan sepeda motor. Si bapak diantarnya dengan selamat hingga di rumahnya.
Itu hanya secuil kebaikan Edo di antara kebaikan-kebaikan lain yang pasti pernah lakukan olehnya. Hari ini, kebaikan dan semua amal yang pernah dilakukan Edo niscaya akan menjadi kendaraan yang akan melancarkan perjalanannya menuju ke keabadian di sana. Selamat jalan, Edward a.k.a Away a.k.a Edo Pillu a.k.a Edo Riang. Ikhlaskanlah juga kuatlah, Tini dan Kay.
Al Fatihah.

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?