Jokowi dan Seni(man)


Oleh Kuss Indarto

Jokowi-JK resmi terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2014-2019. Setelah membaca pidato kemenangan (selengkapnya silakan baca di bagian bawah) yang dibacakan oleh Jokowi di atas geladak kapal pinisi “Hati Buana Setia” di Pantai Sunda Kelapa, ada beberapa hal yang bisa dicermati:

(1) Jokowi-JK ingin menjalankan roda pemerintahan dengan baik tanpa banyak dijegal oleh lawan politiknya. Maka dia mengucapkan terima kasih mengapresiasi Prabowo-Hatta Rajasa sebagai “sahabat dalam kompetisi politik”, BUKAN seperti yang telah diucapkan oleh Prabowo dalam wawancaranya dengan BBC beberapa waktu lalu yang menyebut Jokowi sebagai “enemy” (musuh), bukan “rival” (pesaing), apalagi “sahabat”.

(2) Jokowi menyebut dengan tegas bahwa Pemilu/Pilpres kemarin bukan hanya “sebagai sebuah peristiwa politik semata-mata, tetapi peristiwa kebudayaan”. Ini memberi indikasi yang kuat bahwa era pertarungan politik ke depan akan memberi porsi yang besar pada masalah etika untuk hidup bersama, bukan perebutan kekuasaan semata. Maka, problem politik ke depan diduga akan dikerangkai oleh pemerintahan Jokowi sebagai upaya untuk memberi penguatan nilai-nilai sosial budaya (budi dan daya), bukan sekadar pencapaian angka-angka ekonomis tapi memundurkan problem etis. Untuk apa bangsa maju secara ekonomi tapi problem etika moral remuk.

(3) Untuk pertama kalinya (seingat saya), seorang presiden RI memberi pidato kemenangan dengan menyebut “pekerja budaya dan seniman” sebagai kelompok yang diberi ucapan terima kasih. Bagi saya ini poin yang serius bahwa disiplin seni (budaya) akan diberi porsi yang lebih banyak dan lebih baik lagi oleh pemerintahan Jokowi sebagai bagian penting dari penyangga dinamika kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ini sebagai turunan (derivate) lebih lanjut dari konsep Trisula ajaran Bung Karno yang salah satunya mendambakan Indonesia “berkepribadian secara kebudayaan”.

Jokowi-JK, mari bersama menjadikan Indonesia Hebat!

Berikut ini:
PIDATO KEMENANGAN Joko Widodo – Jusuf Kalla

“SAATNYA BERGERAK BERSAMA”

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Damai Sejahtera untuk kita semua,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia telah menetapkan kami berdua, Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia terpilih 2014 - 2019.

Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan tinggi kepada bapak Prabowo Subianto dan bapak Hatta Rajasa yang telah menjadi sahabat dalam kompetisi politik untuk mendapatkan mandat rakyat untuk memimpin negeri ini lima tahun ke depan.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Kemenangan ini adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Saya berharap, kemenangan rakyat ini akan melapangkan jalan untuk mencapai dan mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, perbedaan pilihan politik seakan menjadi alasan untuk memisahkan kita. Padahal kita pahami bersama, bukan saja keragaman dan perbedaan adalah hal yang pasti ada dalam demokrasi, tapi juga bahwa hubungan-hubungan pada level masyarakat adalah tetap menjadi fondasi dari Indonesia yang satu.

Dengan kerendahan hati kami, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, menyerukan kepada saudara-saudara sebangsa dan setanah air untuk kembali ke takdir sejarahnya sebagai bangsa yang bersatu; bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Pulihkan kembali hubungan keluarga dengan keluarga, tetangga dengan tetangga, serta teman dengan teman yang sempat renggang.

Kita bersama sama bertanggung-jawab untuk kembali membuktikan kepada diri kita, kepada bangsa-bangsa lain, dan terutama kepada anak-cucu kita, bahwa politik itu penuh keriangan; politik itu di dalamnya ada kegembiraan; politik itu ada kebajikan; politik itu adalah suatu pembebasan.

Saudara-saudara sebangsa dan setanah air,

Pemilihan Umum Presiden kali ini memunculkan optimisme baru bagi kita, bagi bangsa ini. Jiwa merdeka dan tanggung jawab politik bermekaran dalam jiwa generasi baru. Kesukarelaan yang telah lama terasa mati suri kini hadir kembali dengan semangat baru. Pemilihan Umum Presiden telah membawa politik ke sebuah fase baru bukan lagi sebagai sebuah peristiwa politik semata-mata, tetapi peristiwa kebudayaan. Apa yang ditunjukkan para relawan, mulai dari pekerja budaya dan seniman, sampai pengayuh becak, memberikan harapan bahwa ada semangat kegotong-royongan, yang tak pernah mati.

Semangat gotong royong itulah yang akan membuat bangsa Indonesia bukan saja akan sanggup bertahan dalam menghadapi tantangan, tapi juga dapat berkembang menjadi poros maritim dunia, locus dari peradaban besar politik masa depan.

Saya hakkul yakin bahwa perjuangan mencapai Indonesia yang berdaulat, Indonesia yang berdikari dan Indonesia yang berkepribadian, hanya akan dapat tercapai dan terwujud apabila kita bergerak bersama.

INILAH SAATNYA BERGERAK BERSAMA!

Mulai sekarang, petani kembali ke sawah.

Nelayan kembali melaut
Anak kembali ke sekolah.
Pedagang kembali ke pasar.
Buruh kembali ke pabrik.
Karyawan kembali bekerja di kantor.

Lupakanlah nomor 1 dan lupakanlah nomor 2, marilah kembali ke Indonesia Raya.

Kita kuat karena bersatu, kita bersatu karena kuat!

Salam 3 Jari, Persatuan Indonesia!

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Om Shanti Shanti Shanti Om,
Namo Buddhaya

Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!

Joko Widodo – Jusuf Kalla
22 Juli 2014

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?