Sunarto untuk Saptoto


Potret diri pendiri Sanggar Bambu, Sunarto PR ini memuat kisah cinta yang patah. Kalau tak salah, ada dua orang seniman muda mencintai satu gadis. Dalam helaan waktu berikutnya, sang gadis memilih satu di antara dua jejaka yang seniman itu. Pilihan jatuh pada jejaka bernama Saptoto. Dan yang tertampik cintanya bernama Sunarto.

Saptoto pun menikahi gadis itu. Suatu ketika, saat Saptoto berulang tahun (kemungkinan besar tahun 1956), sahabatnya, Sunarto memberikan kado ultah. Anehnya, kado itu lukisan crayon potret diri Sunarto. Bukan potret yang diberi kado.

Tampaknya Saptoto paham maksud kado tersebut. Sunarto masih menyimpan bara cinta dan ingin potret dirinya bisa sering ditatap oleh perempuan yang sudah jadi istri Saptoto. Apa lagi dalam lukisan tertulis teks, antara lain:

kerinduan
kelahiran
ooo... terlalu lengang
terlalu lengang

kapan...
kapan. kapan
kan kusambut kata
tangan-tangan sayang

jangan keburu
jangan keburu terbang, njawa

seribu blatju akan mendapat tempat di hati
seribu batu akan mendapat tempat di hati


Karya yang dibuat tanggal 8 Februari 1956 itu akhirnya tetap diterima Saptoto, tapi disingkirkan di tempat yang tersembunyi. Saptoto kelak sempat menjadi Dekan Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) ISI Yogyakarta di awal dasawarsa 1990-an.

Bertahun-tahun kemudian seniman Nasirun dikontak oleh seorang ibu yang telah sepuh. Beliau ingin menjual sebagian karya seni yang ada di rumahnya. Ibu sepuh itu adalah istri Saptoto. Dan lukisan yang hendak dilego itu adalah karya Sunarto yang jadi kado ulang tahun untuk almarhum suaminya, Saptoto.

Potongan artifak kisah cinta itu, lukisan potret diri Sunarto PR itu, kini tengah dipamerkan di Indieart House, dari 17-31 Agustus 2018. Alamat Indieart House ada di Jl. As Samawaat Barat no. 99, dusun Bekelan RT 001, Tirtonirmolo, Bantul, Yogyakarta.

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?