“Javanese Temple in Ruins” (Reruntuhan Candi Jawa) yang dilukis oleh Raden Saleh Syarief Boestaman tahun 1860. Saya terpaku cukup lama di depan lukisan ini: “Javanese Temple in Ruins” (Reruntuhan Candi Jawa). Lukisan karya Raden Saleh Syarief Boestaman ini berukuran 105,4 x 187 cm, dibuat tahun 1860. Banyak hal yang membuat saya terpaku di situ, di National Gallery Singapore, akhir Januari lalu. Pertama, lukisan ini eksotik. Dilukis saat Raden Saleh berusia 49 tahun, memperlihatkan kematangannya sebagai pelukis, apalagi setelah bertahun-tahun berproses di Eropa. Karya ini tergarap detil, terlihat pengaruh guru lukis lanskapnya, Andreas Schelfhout—begitu kuat. Pun dengan pencahayaannya yang seolah dibuat dengan kesadaran ketika hidup di Eropa: langit dan tanah yang temaram meski bayang-bayang benda menunjukkan suasana tengah hari. Ini tak lepas dari pengaruh para seniman Perancis yang dikaguminya, Horace Vernet dan Eugene Delacroix. Kedua, lukisan ini nyaris tidak banyak d
Dalam seminggu terakhir telah beredar secara berantai--dan viral--sebuah video bersejarah yang bertajuk "Kabinet Pertama RI (Republik Indonesia) Terbentuk". Video berdurasi 3:33 menit ini diiringi lagu Indonesia Raya 3 stanza. Lengkap, seperti yang diciptakan dulu oleh violis kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, Wage Rudolf Soepratman. Hal yang menarik bagi saya adalah terpampangnya sebuah lukisan berukuran 153 x 153 cm pada bagian dinding paling strategis dalam ruangan bersejarah pada rumah di Jalan Pegangsaan Timur nomer 56, Jakarta itu. Di halaman rumah itulah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan. Coba simak video tersebut (saya sertakan dalam status ini) pada menit 1:16 hingga 1:45, lalu bersambung pada menit 2:00 hingga 2:05, dan 2:25 menuju 2:28. Belum saya ketahui secara persis, Sukarno dan para anggota kabinet pertama RI tersebut duduk-duduk saat menjelang acara pelantikan atau sesudahnya, menjelang konferensi pers, atau momen apa. Belum ada keterangan. Meski m
Apa itu "maestro"? Kata ini kemungkinan besar diserap dari bahasa Italia yang arti sederhananya adalah "guru". Dalam bahasa Inggris berarti "master". Saya kurang tahu persis sejak kapan persisnya kata/lema maestro ini diserap ke dalam bahasa Indonesia. Secara historis bangsa kita tidak banyak berhubungan erat dengan bangsa Italia yang memungkinkan pertukaran atau penyerapan bahasa itu terjadi, kecuali kisah besar tentang kedatangan pelaut Italia, Marco Polo tahun 1292 ke Perlak, Aceh. Beda dengan bangsa lain seperti Belanda, Portugis, Per ancis, India, Arab dan lainnya yang lebih lama bersentuhan sehingga berdampak pada masuknya bahasa bangsa tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Dugaan saya, kata maestro mulai diserap dan populer pada paruh kedua dasawarsa 1970-an. Momentum pemicunya adalah ketika seniman Indonesia, Affandi Koesoemah menerima dua penghargaan di Italia pada 19 Maret 1977. Ketika itu, dalam satu kesempatan upacara penuh hikmat di Cast
Comments