Lebaran kemaren, waktu aku ngumpul lengkap di rumah ibu, dua keponakan masih tetap jadi pusat perhatianku. Aku seneng banget mengingat2 mereka. Adel (2 tahun), anaknya Yana-Ida, semakin cerewet dan imut. Bulu matanya, idepnya masih panjang dan lucu banget. Suaranya cempreng bikin kangen banget.

Sedang Ivan, anaknya Ning-Tri, udah mulai dewasa meski baru 6 taun. Dia bisa ngemong Adel. Nggak nakal banget kayak 2 tahun lalu. Bisa ngajak berlogika dengan Adel, tentu khas seusianya. Yang aku senang, Ivan makin senang menggambar. Kata ibunya, Ning, Ivan kemaren juara 2 lomba mewarnai. Lumayan deh, paling enggak agak2 nurun aku, pakdenya. Tapi Adel malah berkurang minatnya. Gak tau, padahal setahun lalu keliatan lebih antusias ketimbang Ivan. Kukira mood pun bisa fluktuatif, naik-turun frekuensi ngikuti lingkungannya. Mungkin ngikuti mood ibunya, Ida (adik iparku), yang mulai sebulan lalu memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai guru di SMKK dan serius dengan usaha bridal-nya yang mulai berkembang. Sehingga meski banyak waktu di rumah, tapi Ida sering sibuk dan serius. Dan ini nular ke Adel yang jadi ikutan serius, termasuk gak suka nggambar. Adel jadi sok serius, gampang emosional kalo disentuh orang lain.

Dasar anak2. Ah, taun depan, kalau tak meleset dan baik2 aja, anakku akan lahir. Kata dokter, kira2 25 Maret. Wuih, kalau tepat asik dunk, ulang taunnya kelak berurutan dengan ultahku, 26 Maret. Ah, yang penting sehat semua dan lancar.

Comments

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?