"The man of knowledge must be able not only to love his enemies but also to hate his friends."Friedrich Nietzsche
Lukisan Order Raden Saleh
“Javanese Temple in Ruins” (Reruntuhan Candi Jawa) yang dilukis oleh Raden Saleh Syarief Boestaman tahun 1860. Saya terpaku cukup lama di depan lukisan ini: “Javanese Temple in Ruins” (Reruntuhan Candi Jawa). Lukisan karya Raden Saleh Syarief Boestaman ini berukuran 105,4 x 187 cm, dibuat tahun 1860. Banyak hal yang membuat saya terpaku di situ, di National Gallery Singapore, akhir Januari lalu. Pertama, lukisan ini eksotik. Dilukis saat Raden Saleh berusia 49 tahun, memperlihatkan kematangannya sebagai pelukis, apalagi setelah bertahun-tahun berproses di Eropa. Karya ini tergarap detil, terlihat pengaruh guru lukis lanskapnya, Andreas Schelfhout—begitu kuat. Pun dengan pencahayaannya yang seolah dibuat dengan kesadaran ketika hidup di Eropa: langit dan tanah yang temaram meski bayang-bayang benda menunjukkan suasana tengah hari. Ini tak lepas dari pengaruh para seniman Perancis yang dikaguminya, Horace Vernet dan Eugene Delacroix. Kedua, lukisan ini nyaris tidak banyak d
Comments