Editorial Cartoon FKY 1995
Ah, tiba-tiba kuingat dan kutemukan salah satu editorial cartoon yang aku buat 12 tahun lalu, persisnya tanggal 7 Juni 1995. Ya, itu tanggal pemuatan di harian Bernas tempat aku bekerja jadi tukang gambar waktu itu. (Sekarang dah gak jelas tuh manajemen koran itu. Bedebah!)
Gambar ini dengan tegas mengetengahkan aikon FKY (Festival Kesenian Yogyakarta), burung derkuku kali ya, yang jadi pengusung gerobak reyot bernama rutinitas. Hal penting yang kupikirkan 12 tahun lalu itu, atau ketika FKY berusia 7 tahun adalah ancaman rutinitas yang mekanistik terhadap perhelatan "besar" itu. Dan kita tahu, sesuatu yang telah mekanistik biasanya membunuh kreativitas. Itu yang kuamati pada FKY waktu itu. Tanpa banyak pembaruan, ide-ide baru, dan lainnya.
Nah, celakanya, 4 tahun terakhir aku dapat "musibah" menjadi koordinator dan/atau kurator Divisi Seni Rupa FKY. Alamak! Jadi ya, sebisa mungkin momok rutinitas yang mekanistik seperti kusindir sendiri 12 tahun lalu itu sedikit-sedikit kubenahi. Kutimba banyak hal baru dari banyak gosip-gosip miring tentang FKY, kugali eksplorasi makna festival dari peristiwa serupa lainnya, ya lewat buku, lewat ngobrol, dan lainnya.
Pameran Shout Out yang kugagas dan akhirnya bisa digelar 22 Juni hingga 2 Juli ini setidaknya menjadi bagian penting dari kegalauanku untuk melarikan FKY dari mesin rutinitas. Sementara ini banyak komentar positif, mendukung, surprised, dari banyak teman. Aku belum puas betul sih, tapi setidaknya provokasiku pada banyak seniman muda untuk tidak hanya memamerkan lukisan di FKY cukup berhasil. Dalam Shout Out ini, hanya ada 3 seniman yang memamerkan lukisan. 32 seniman/kelompok seniman lain pada bikin video art, komik, moving image, seni instalasi, object art, dan banyak karya lain yang kukira cukup menarik. Antilukisan? Gak juga. Cuma aku tak ingin mitos bahwa keberhasilan sebuah pameran adalah seberapa banyak karya terjual, dan biasanya itu berarti lukisan pada laris manis. Ah, itu bikin seniman muda cuma bisa melukis, laku, payu laris, dan selesai. Tak pengin eksperimen.
Lalu kemana keliaran-keliaran seniman itu? Shout Out, bisa jadi, plesetan dan Sold Out! Ah, tak harus sold out, donk Broer!
Gambar ini dengan tegas mengetengahkan aikon FKY (Festival Kesenian Yogyakarta), burung derkuku kali ya, yang jadi pengusung gerobak reyot bernama rutinitas. Hal penting yang kupikirkan 12 tahun lalu itu, atau ketika FKY berusia 7 tahun adalah ancaman rutinitas yang mekanistik terhadap perhelatan "besar" itu. Dan kita tahu, sesuatu yang telah mekanistik biasanya membunuh kreativitas. Itu yang kuamati pada FKY waktu itu. Tanpa banyak pembaruan, ide-ide baru, dan lainnya.
Nah, celakanya, 4 tahun terakhir aku dapat "musibah" menjadi koordinator dan/atau kurator Divisi Seni Rupa FKY. Alamak! Jadi ya, sebisa mungkin momok rutinitas yang mekanistik seperti kusindir sendiri 12 tahun lalu itu sedikit-sedikit kubenahi. Kutimba banyak hal baru dari banyak gosip-gosip miring tentang FKY, kugali eksplorasi makna festival dari peristiwa serupa lainnya, ya lewat buku, lewat ngobrol, dan lainnya.
Pameran Shout Out yang kugagas dan akhirnya bisa digelar 22 Juni hingga 2 Juli ini setidaknya menjadi bagian penting dari kegalauanku untuk melarikan FKY dari mesin rutinitas. Sementara ini banyak komentar positif, mendukung, surprised, dari banyak teman. Aku belum puas betul sih, tapi setidaknya provokasiku pada banyak seniman muda untuk tidak hanya memamerkan lukisan di FKY cukup berhasil. Dalam Shout Out ini, hanya ada 3 seniman yang memamerkan lukisan. 32 seniman/kelompok seniman lain pada bikin video art, komik, moving image, seni instalasi, object art, dan banyak karya lain yang kukira cukup menarik. Antilukisan? Gak juga. Cuma aku tak ingin mitos bahwa keberhasilan sebuah pameran adalah seberapa banyak karya terjual, dan biasanya itu berarti lukisan pada laris manis. Ah, itu bikin seniman muda cuma bisa melukis, laku, payu laris, dan selesai. Tak pengin eksperimen.
Lalu kemana keliaran-keliaran seniman itu? Shout Out, bisa jadi, plesetan dan Sold Out! Ah, tak harus sold out, donk Broer!
Comments