Citra dan Citra Kampus ISI Yogya...

Akhirnya, Citra Aryandari dinyatakan kalah/salah oleh PTUN setelah "berseteru" dengan lembaga tempat dia mengabdi selama bertahun-tahun, ISI Yogyakarta. Lalu apa? Naik banding? Itu langkah yang baik, namun akan memakan banyak waktu, tenaga, dana serta segala energi. Dan itu pun belum tentu menang.

Citra diam dan menerima keputusan pengadilan? Ini menarik karena akan menguji kedua belah pihak: Citra dan lembaga ISI Yogyakarta. ISI tidak bisa dengan serta merta memecat Citra karena tidak membuat kesalahan yang besar dan fatal yang mencoreng citra inatitusi. Dia bisa dengan cuek menerima gaji buta tanpa harus bekerja sebagai PNS karena memang tidak diberi jatah jam kuliah untuk mengajar karena dianggap tidak punya kompetensi. Lha kalau tidak punya kompetensi (apapun), lha kok dulu diterima sebagai dosen? Tim selektornya bagaimana? Kebobolan? Kenapa bida sampai bertahun-tahun?

Di sisi ini akan menampakkan manajemen yang kurang baik di internal ISI yang sebenarnya. Dan itu secara langsung dipertontonkan kepada publik lewat kasus Citra. Lembaga ini sebaiknya segera membenahi diri dengan tetap memanfaatkan kemampuan Citra seoptimal mungkin--apapun kebisaan yang dia miliki. Bukan mencueki, lalu memobilisasi seluruh dosen yang ada untuk membuat stigma negatif pada Citra. Itu namanya bunuh diri kolektif yang mubazir.

Citra mengundurkan diri dari ISI? Mungkin ini solusi terakhir kalau memang sudah tidak ada titik kompromi sama sekali. Atau Citra punya jejaring kerja yang telah siap menampung kemampuannya untuk bekerjasama. Tapi saya harap "luka" antara Citra-ISI tidak menganga dan masih bisa diobati.

Sebagai alumnus ISI Yogyakarta, saya hanya berharap hal terbaik dan tercantik yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak. Malu rasanya lembaga tempatku belajar dulu hanya mencuat namanya karena kasus "ecek-ecek" yang kurang produktif, bukan soal pencapaian-pencapaian yang kontributif bagi bangsa ini. Salam!
 
 Status Citra Aryandari di Facebook, Senin, 22 Agustus 2016, pukul 16:59 wib.

Popular posts from this blog

Lukisan Order Raden Saleh

Memanah

Apa Itu Maestro?